Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat |
- Idblognetwork
- Konyolnya pengadilan otoritas Israel, bahkan bayi pun dituduh 'menyerang' pemukim Israel
- Sufi Road : Hadits Arba'in (9)
- Bunuh Diri dengan Bakar Diri
- Musuh yang Tidak Terlihat
- Bagaimana Adab dan Etika Bagi Dokter Wanita?
- Alasan Menolak Kebenaran
- "Terima Kasih ya Nak.. Atas Pemberiannya"
- Yang Menyebabkan Tidak Istiqamah
- Bolehkah Sihir ?
Posted: 04 Mar 2013 09:36 PM PST I'am Blogger Nusantara, kalimat biasa namun mengandung makna luar biasa. Kalimat tersebut merupakan kalimat pengakuan, kalimat penegasan, kalimat pengikraran bahwa kita adalah seorang blogger yang berasal dari dari rumpun nusantara. Nusantara yang dimaksud di sini adalah Nusantara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Timor sampai ke Talaud. Pada kesempatan ini saya ingin memceritakan pengalaman saya Menjadi Seorang Blogger Nusantara. Kira – kira bulan Agustus 2010 saya pertama x mengenal blog, itupun hanya menggunakan blogspot untuk main adsense. Awalnya Susah banget, buat blog gak pernah rapi dan gak pernah ada peringkat, tapi karena melihat temen yang udah punya Blog bagus . terpacu dehh buat bikin kaya gitu sampe akhirnya saya mencari tutorial yang ada di google dan tros mencoba dan tros mencoba, akhirnya mulai memahami maunya Blog dengan Blogspot. Sampe pada akhrinya saya trus belajar mengenai Bloging ini Sampe sekarang. Sekarang ya... Alhamdulilah udah bisa bikin blog yang lumayan lah, ditambah dengan ilmu optimasi dari guru yang gak mau dsebut namanya, blogpun makin bagus dan peringkat yang bisa berguna dalam bisnis blogger. Alhamdulillah penghasilan saya sekarang 100% dari ngeblog dikombinasikan dengan yang lain tros makin baik. Hanya sekian cerita singkat saya dalam dunia blogger, artikel ini saya persembahkan untuk Idblognetwork, semoga saya dipercaya untuk bekerjasama di Idblognetwork,yang makin hari makin keren dan berkualitas. Apa yang saya ceritakan mengenai Pengalaman saya dalam Dunia Bloging, mudah2an bisa memberikan sesuatu semanat buat temen-temen Blogger Nusantara. Sukses selalu buat Idblognetwork ( I'm Blogger Nusantara ) dan sukses buat seluruh blogger Indonesia. Demikian apa yang dapat saya sampaikan apabila ada kata kata yang kurang pas saya pribadi Memohon Maaf yang sebesar-besarnya, Terimakasih. Wasalamualaikum Wr. Wb. By Muhammad Aliyu Habibi |
Konyolnya pengadilan otoritas Israel, bahkan bayi pun dituduh 'menyerang' pemukim Israel Posted: 08 Feb 2013 08:23 AM PST Demikian yang dikatakan Sami, seorang aktivis yang bekerja di Al Baqa'a, sebuah lembah yang terletak beberapa kilometer sebelah timur Hebron. Apa yang dialami oleh keluarga Jaber yang hidup di Al Baqa'a tak jauh beda dengan warga Palestina lainnya di daerah tersebut, dalam keluarga biasa mereka menghadapi tekanan yang luar biasa setiap hari dari 'tetangga' pemukim Yahudi dan militer Israel. Rodni Jaber adalah ibu dari tiga putri dan seorang putra. Mengenakan jumper pink cerah dan jilbab bunga, dengan wajah yang masih ceria ia menceritakan kisah keluarganya. "Rumah kami dihancurkan dua kali, ini rumah ketiga kami. Kami tinggal di tenda selama enam bulan dan setelah itu kami mendapat keputusan pengadilan untuk diperbolehkan tinggal di daerah ini, maka kami mulai membangun rumah ini. " Rodni dan Atta Jaber bekerja sebagai petani raspberry, anggur dan tomat pada musim semi dan lobak dan lobak di musim dingin. Kembang kol tumbuh di samping rumah batu mereka yang terletak sebelah bukit menghadap ke barat menuju Al Bwayre dan pemukiman Israel ilegal dan pos gunung Al Bwayre. Keluarga tersebut memiliki 31 dunum tanah. Meskipun memiliki surat yang berasal dari era Kekaisaran Ottoman yang membuktikan bahwa tanah tersebut milik mereka, namun mereka masih tetap diperintahkan membongkar rumah mereka oleh otoritas Israel. "Kami pergi ke pengadilan, dan kami memperoleh waktu penundaan oleh militer Israel untuk menghancurkan rumah ini" kata Rodni. " Sekitar 900 warga Palestina tinggal di lembah Al Baqa'a. Banyak rumah di daerah tersebut menjadi korban perintah pembongkaran oleh otoritas Israel dan para pemukim berusaha untuk membuat hidup terasa tidak mungkin bagi warga Palestina di daerah itu sebagai upaya memperluas permukiman Israel. Penduduk lokal dan aktivis menegaskan mereka memiliki peta di mana garis merah garis daerah dalam Al Bwayre dan lembah Al Baqa'a yang telah ditunjuk oleh para insinyur Israel sebagai tempat untuk pembangunan 500 unit rumah baru untuk pemukim Israel. Sebagian besar tanah saat ini dihuni oleh warga Palestina dan masih akan terus 'dibersihkan' untuk membuat jalan bagi pengembangan yang diusulkan. Selain mengalami penghancuran rumah dan pelecehan dari militer, keluarga Jaber telah mengalami serangan berulang-ulang oleh para pemukim Israel dari Bwayre Al Arba yang terletak di dekat daerah tersebut dan pemukiman Qiryat pemukiman serta pos-pos pemeriksaan. Rumah keluarga Jaber di lembah Al-Baqa'a Rumah keluarga dan tanah diserang oleh para pemukim sekitar sebulan lalu. Militer Israel tiba dengan menggunakan jip namun menolak untuk campur tangan meskipun pemukim berusaha untuk membakar rumah. Rodni Jaber menjelaskan: Para prajurit berada di sana hanya untuk melindungi para pemukim. Para pemukim menyuruh kami untuk meninggalkan rumah dan berkata 'ini adalah tanah kami'. Mereka bahkan mulai mengeluh kepada para prajurit meminta mereka untuk menendang kami keluar dari rumah mengatakan bahwa 'tanah adalah untuk Abraham dan bukan untuk mereka'. … Mereka [para pemukim] mencoba untuk membakar rumah dan saya meminta mereka untuk berhenti, aku menelepon polisi Israel agar datang dan melihat apa yang dilakukan para pemukim pada kami. Semua keluarga melarikan diri karena kami takut dibakar di dalam rumah. Mereka gagal untuk membakar rumah. Ini hanya satu insiden dalam hari-hari yang panjang tentang serangan pada keluarga selama bertahun-tahun. Saya kehilangan bayi [karena saya diserang oleh pemukim]. Saya hamil 4 bulan pada waktu itu dan mereka menyerang saya hingga kami kehilangan anak kami. Saya telah berkali-kali diserang oleh pemukim dan saya telah berkali-kali dirawat di rumah sakit karenanya. Sembilan atau sepuluh tahun yang lalu sebuah 'operasi' yang terjadi di jalan raya di sini oleh perlawanan rakyat Palestina terhadap para pemukim. Setelah itu, para pemukim berkumpul di Qiryat Arba dan datang ke sini. Mereka mendobrak pintu, memasuki rumah dan membakarnya … Aku pergi tanpa sepatu dan hanya mengenakan piyama. Para pemukim menendang keluarga saya keluar selama tiga hari …. Para tentara kemudian menempati rumah selama 40 hari. Kami mendapat keputusan pengadilan tinggi untuk kembali – namun ketika kami kembali ke rumah semuanya telah rusak. Pada saat itu juga pemukim pergi kepada keluarga kakak saya [yang tinggal di dekat rumah] dan mereka menembaknya di perut, Alhamdulillah dia selamat tapi kini dia memiliki perut plastik sekarang. Al Baqa'a penduduk hidup di bawah kontrol sipil dan militer penuh Israel di Area C, jadi bagaimana mereka melindungi diri mereka sendiri ketika para tentara menjaga, mendukung dan dan memfasilitasi serangan pemukim pada keluarga-keluarga Palestina? Rodni menyatakan bahwa "Kepala polisi telah berkunjung ke daerah tersebut dan berkata 'Jika sesuatu terjadi panggil saja aku'. Kami mendapat surat dari DCO (Kantor Koordinasi Kabupaten) mengatakan bahwa tentara Israel harus melindungi rumah ini. Kami punya ini ketika kami diserang pada tahun 2001. Tapi mereka tidak melakukan apa-apa. Itu hanya sebuah surat, lebih tepatnya hanya selembar kertas …" Sebagian besar rakyat Palestina di daerah ini adalah dari keluarga saya sehingga kami mencoba untuk saling melindungi. Jika mereka menyerang rumah mereka mencoba untuk pergi ke rumah untuk melindunginya. Seorang keluarga sepupua diserang pekan lalu saat ia mengendarai seekor keledai di lembah; pemukim memukul kepalanya dengan pipa besi. Dia dirawat di rumah sakit dan luka-lukanya yang dijahit, untungnya dia tidak terluka parah. Bagaimana keluarga mengatasi tekanan psikologis dari ancaman serangan? Rodni tersenyum dan menyatakan, "Saya sangat kuat … dan jika sesuatu terjadi saya pikir 'Al Hamdullilah' (Dengan berkat-berkat Allah). Pengalaman-pengalaman ketidakadilan dan kekerasan yang dialami keluarga sering kali menakutkan dan brutal, bahkan kadang-kadang tidak masuk akal. Pada tahun 1998 putra Rodni yang bernama Raja lahir. Beberapa hari setelah kelahirannya, pemukim menyerang rumah, satu pemukim membuat pengaduan kepada polisi bahwa seseorang yang dipanggil 'Raja' telah menempatkan pisau ke dadanya, mengancam untuk membunuhnya. "Setelah itu [beberapa hari kemudian] tentara datang untuk menangkap anak saya – yang berusia 40 hari" kata Rodni. "Mereka mendengar tentang anak saya 'Raja' dan mereka datang dan bertanya 'mana Raja?!'. Aku menunjukkan padanya anak saya yang berusia 40 hari, saya menunjukkan akte kelahirannya karena mereka tidak percaya bahwa ia "Raja". Tapi kejadian itu tidak berhenti di situ sebagai Rodni berkata, "Mereka mengatakan bahwa "Raja harus datang ke pengadilan – pada usia 50 hari saya harus membawanya ke pengadilan. Mereka mengatakan "mana terdakwa Raja 'saya menunjukkan mereka anak saya … hakim memutuskan bahwa ketika ia mencapai 16 tahun ia akan harus datang ke kembali ke pengadilan!" Tentunya jelas bahwa Raja bahkan tidak bisa duduk atau menopang berat kepalanya sendiri pada waktu kejadian, apalagi mengancam untuk menyakiti siapa pun, situasi akan melampaui kekonyolan suatu parodi. Rodni tertawa dan setuju hal itu akan sangat memalukan bagi Israel, tetapi keputusan itu masih berlaku. Raja berusia 12 tahun sekarang dan dalam waktu empat tahun ia akan harus pergi ke pengadilan dan menjelaskan perannya dalam insiden tersebut. Ketika Rodni berbicara demikian, Atta suaminya baru pulang dari bekerja, mengenakan topi wol melawan dinginnya musim gugur. Dia menceritakan tentang sejarah Palestina dan menceritakan kenangan Al Baqa'a Valley selama Perang Enam Hari pada tahun 1967. "Saya berusia lima tahun ketika mereka menduduki Tepi Barat, saya masih ingat hari itu. Israel membom rakyat dan tentara Yordania di sini dan mereka membunuh sekitar 150 orang pada waktu itu. Semua orang telah menempatkan keffiyehs putih sebagai bendera putih untuk menunjukkan bahwa ini adalah daerah yang damai. " Sebuah rumah hancur dihancurkan oleh militer Israel di lembah Al-Baqa'a Seperti halnya berbicara tentang sejarah daerah dan ancaman dari pemukim dan militer Israel, Atta menggambarkan tantangan duniawi dari kehidupan sehari-hari di lembah Al Baqa'a. "Kami memiliki banyak masalah di daerah ini, tidak ada sekolah untuk anak-anak kami, tidak ada klinik atau rumah sakit. Kami tidak memiliki air – sementara para pemukim memiliki air 24 jam sehari. Kami mendapatkan saluran pipa air setelah kami mengajukan banyak permohonan kepada pemerintah Israel dan perusahaan air. Pada tahun 1998 kami mendapatkan izin perusahaan untuk memiliki air tetapi Israel melarang hal tersebut. Berdasarkan Konvensi Jenewa itu mengatakan bahwa Anda bertanggung jawab bagi mereka yang wilayahnya Anda tempati (jajah mungkin lebih tepatnya), tetapi mereka ingin mengusir kami dari daerah ini meskipun kami adalah pemilik tanah ini selama ratusan tahun." Atta dan Rodni menolak untuk gentar dengan masalah yang mereka hadapi. Ketika ditanya tentang apa masa depan untuk keluarga mereka, Atta menghindari menjawab pertanyaan itu secara langsung dan menjawab dalam arti lebih luas. "Ini bukan hanya masa depan saya, ini adalah tentang masa depan semua orang Palestina, dimana tragedi dan penderitaan mereka kian hari kian membesar." sumber |
Sufi Road : Hadits Arba'in (9) Posted: 08 Feb 2013 08:22 AM PST Terjemah hadits : Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Apa yang aku larang hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (Bukhari dan Muslim) Pelajaran : 1. Wajibnya menghindari semua apa yang dilarang oleh Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam. 2. Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagiannya saja maka dia hendaknya melaksanakan apa yang dia mampu laksanakan. 3. Allah tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kadar kemampuannya. 4. Perkara yang mudah tidak gugur karena perkara yang sulit. 5. Menolak keburukan lebih diutamakan dari mendatangkan kemaslahatan. 6. Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu dan bersepakat. 7. Wajib mengikuti Rasulullah shallallahu`alaihi wasallam, ta'at dan menempuh jalan keselamtan dan kesuksesan. 8. Al Hafiz berkata: Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk menyibukkan diri dengan perkara yang lebih penting yang dibutuhkan saat itu ketimbang perkara yang saat tersebut belum dibutuhkan |
Posted: 08 Feb 2013 08:22 AM PST Pertanyaan:Assalamu alaikum Akhir- akhir ini Indonesia dihebohkan dengan peristiwa orang yg bakar diri. Orang bilang tujuannya mulia, protes terhadap pemerintah. Bagaimana tinjauan syariat dalam masalah ini? Trimakasih Dari: Ahmad Jawaban: Bunuh Diri Dengan Bakar DiriWa'alaikumussalam Islam merupakan agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Islam datang untuk membimbing dan menata kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Di antara bagian mewujudkan tujuan ini, Islam mengharamkan bunuh diri. Allah berfirman, وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا "Janganlah kalian membunuh diri kalian. Sesungguhnya Maha Belas Kasih kepada kalian." (QS. An-Nisa: 29) Bahkan para ulama menegaskan bahwa bunuh diri termasuk deretan dosa besar. Karena banyak hadis yang memberikan ancaman keras untuk pelaku bunuh diri. Di antaranya: A. Diadzab dengan Cara Bunuh Dirinya Dari Tsabit bin Dhahhak radhiallahu'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambersabda, مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ في الدُّنْيا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيامَةِ "Siapa yang membunuh dirinya dengan cara tertentu di dunia maka dia akan disiksa pada hari kiamat dengan cara yang sama." (HR. Ahmad 16041 dan Muslim 164) B. Terancam Masuk Neraka Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ في نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيها أَبَدًا، وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ في يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ في نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فيها أَبَدًا، وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَديدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ في يَدِهِ يَجَأُ بِها في بَطْنِهِ في نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيها أَبَدًا "Siapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati maka di neraka jahanam dia akan menjatuhkan dirinya, kekal di dalamnya selamanya. Siapa yang menegak racun sampai mati, maka racun itu akan diberikan di tangannya, kemudian dia minum di neraka jahanam, kekal di dalamnya selamanya. Siapa yang membunuh dirinya dengan senjata tajam maka senjata itu akan diberikan di tangannya kemudian dia tusuk perutnya di neraka jahanam, kekal selamanya." (HR. Bukhari 5778 dan Muslim 109) C. Termasuk Su-ul Khotimah (ujung kehidupan yang jelek) Meskipun Baru Saja Berjihad Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, beliau bercerita, "Kami bersama Nabishallallahu 'alaihi wa sallam mengikuti perang khaibar. Sebelum terjadi perang, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut salah seorang di antara pasukan kaum muslimin, 'Orang ini termasuk penghuni neraka.' Salah seorang di antara sahabat ada yang ingin mengetahui, apa sebab orang ini divonis sebagai penduduk neraka. Maka dia-pun berusaha mengintai kemana saja orang tersebut pergi. Ketika terjadi perang, orang yang divonis tersebut melakukan peperangan dengan sangat gigih, sampai akhirnya dia terluka yang sangat parah. Malam harinya dia menderita kesakitan, hingga akhirnya dia-pun tidak sabar dengan sakitnya. Kemudian dia letakkan gagang pedang di tanah dan ujung pedang di dadanya. Lalu dia rebahkan badannya, hingga tertusuk tembus ke belakang. Sahabat yang menyaksikan peristiwa ini langsung datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian beliau perintahkan kepada Bilal untuk memberi pengumuman, إِنَّه لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلاّ نَفْسٌ مُسْلِمَةٌ، وَإِنَّ اللهَ لَيُؤَيِّدُ هذا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفاجِرِ "Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang pasrah. Sesungguhnya (bisa jadi) Allah menolong agama ini dengan peran orang yang fasik." (HR. Bukhari 3062 dan Muslim 111) D. Allah Haramkan Masuk Surga Dari Jundub bin Abdillah radhiallahu'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambersabda, كَانَ فيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ بِهِ جُرْحٌ فَجَزِعَ، فَأَخَذَ سِكِّينًا فَحَزَّ بِها يَدَهُ فَما رَقَأَ الدَّمُ حَتّى مَاتَ، قَالَ اللهُ تَعالَى بادَرَنِي عَبْدي بِنَفْسِهِ حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ "Dulu di antara umat sebelum kalian ada orang yang terkena luka, sampai dia tidak sabar. Kemudian dia mengambil pisau dan dia potong nadi tangannya. Darah terus mengalis sampai dia mati. Lalu Allah berfirman, 'Hamba-Ku mendahului-Ku dengan bunuh dirinya, Aku haramkan untuknya surga'." (HR. Bukhari 3462). Semua hadis ini menunjukkan bahwa orang yang bunuh diri berarti telah melakukan dosa yang sangat besar dan mengakhiri hidupnya dengan kemaksiatan. Karena syariat menyebutnya sebagai cara mati yang jelek maka kita tidak boleh memberikan gelar baik atau bahkan pujian untuk orang yang meninggal dengan cara bunuh diri. Meskipun tujuan dia bisa jadi mulia dalam pandangan sebagian orang. Bagaimana mungkin orang yang disebut oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penghuni neraka, sementara kita menyebutnya sebagai pahlawan? Bagaimana mungkin orang yang mengakhiri hidupnya dengan maksiat sementara kita menyebut dirinya sebagai syuhada (orang yang mati syahid)? Untuk menyampaikan pesan moral kepada pemerintah tidak harus dengan cara semacam ini. Masih banyak cara lain yang dibolehkan syariat untuk menyampaikan aspirasi rakyat. Catatan: Keterangan di atas sama sekali tidak untuk menyudutkan korban bakar diri yang saat ini sedang gempar di masyarakat. Keterangan di atas hanya menjelaskan sisi perbuatannya yang buruk. Keterangan di atas sama sekali tidak menyebut nama yang bersangkutan. Karena kita tidak boleh menyebut-nyebut keburukan atau mencela orang yang sudah meninggal tanpa ada kebutuhan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, لاَ تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا "Janganlah kalian mencela orang yang sudah meninggal. Karena mereka telah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dia lakukan." (HR. Bukhari 1393) Allahu a'lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) Artikel www.KonsultasiSyariah.com |
Posted: 08 Feb 2013 08:22 AM PST بسم الله الرحمن الرحيم Sungguh berat menghadapi seorang musuh yang bisa melihat kita dan kita tidak bisa melihatnya, tapi harus dan tetap menjadi musuh, dialah setan/Iblis. Allah Ta'ala berfirman: { يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ } [الأعراف : 27] "Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman". QS Al A'raf: 27 Allah Ta'ala berfirman: { إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ } [فاطر : 6] "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". QS Fathir: 6 {وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا } [الإسراء : 53] "Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: " Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". QS Al Isra: 53 {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ } [الأنعام : 112] "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". QS Al An'am: 112 Tapi...ternyata ada yang bisa mengalahkan musuh tersebut, siapakah mereka: 1. Orang yang Ikhlash dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Allah Ta'ala berfirman: { قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38) قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40) قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ (41)} [الحجر : 36 - 41] "Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka. Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya)". QS Al Hijr: 36-41 2. Hamba Allah yang beriman dan bertawakkal {فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (98) إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (99)} [النحل : 98، 99] "Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk". "Sesungguhnya setan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya". QS An Nahl: 98-99 3. Hamba Allah yang menyandarkan dirinya kepada Allah {إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلًا} [الإسراء : 65] "Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, Kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". QS Al Isra: 65 Ya Allah menangkanlah kami dari musuh-musuh kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. |
Bagaimana Adab dan Etika Bagi Dokter Wanita? Posted: 08 Feb 2013 08:22 AM PST Bagaimana adab-adab dan etika menjadi seorang dokter wanita? Dan apa saja yang harus dilakukan sesuai dengan dasar syariat? Sebentar lagi saya akan menjalani pendidikan dokter muda di rumah sakit, apa saja yang hendaknya dilakukan mengingat disana banyak terjadi khalwat dan ikhtilat. Mohon berkenan menjawabnya dengan lengkap. JazakallahAl Akh Yulian Purnama menjawab: Berikut ini kami sampaikan nasehat dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah bagi wanita yang bekerja sebagai dokter: بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله وصلى الله وسلم على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه أما بعـد Wanita diperbolehkan bekerja sebagai dokter walaupun terdapat laki-laki, asalkan:
Namun, jika beresiko terjadi khulwah atau beresiko tersingkapnya aurat maka tidak dibolehkan. Jika demikian keadaannya, sebaiknya wanita tersebut menyibukkan diri pada lahan kedokteran yang khusus bagi wanita dan tidak terdapat laki-laki di sana. Dengan demikian ia akan lebih jauh dari bahaya dan dapat lebih baik dalam menjaga agama dan kehormatannya. Jika terdapat kondisi darurat yang sulit menghindari adanya ikhtilath (campur-baur dengan lelaki), maka:
Jika syarat-syarat ini dipenuhi, mudah-mudahan tidak mengapa Insya Allah, dikarenakan terdapat kondisi darurat". [Sampai di sini penjelasan beliau, teks asli silakan lihat di http://www.binbaz.org.sa/mat/11109] Perlu kami beri catatan bahwa hukum memakai cadar atau niqab (penutup wajah), diperselisihkan oleh para ulama. Sebagian ulama mewajibkan, sebagaimana Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. Sebagian ulama berpendapat hukumnya mustahab (dianjurkan) dan tidak wajib. Lebih jelasnya simak artikel berikut:
Bagi dokter wanita yang telah menelaah dalil-dalil tersebut dan mantap dengan pendapat ulama yang mewajibkan, maka wajib baginya untuk tetap menutup wajahnya sebagaimana dinasehatkan oleh Syaikh Ibnu Baz di atas. Bagi dokter wanita yang telah menelaah dalil-dalil tersebut dan mantap dengan pendapat ulama yang tidak mewajibkan, maka boleh baginya membuka wajah. Namun tentu menutup wajah lebih utama untuk menghindari fitnah, sebagaimana juga dijelaskan oleh para ulama yang tidak mewajibkan memakai cadar. Mengingat sabda Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam: ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء "Sepeninggalku, tidak ada fitnah (bencana) yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain fitnah wanita" (HR. Bukhari no.5096, Muslim no.2740) Wallahu'alam. — Penulis: Yulian Purnama Artikel UstadzKholid.Com |
Posted: 08 Feb 2013 08:21 AM PST بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين, و صلى الله و سلم وبارك على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين, أما بعد: Saudaraku pembaca yang budiman… Kalau ada yang bertanya, "Kalau memang itu ajaran dan keyakinan berdasarkan dari Al Quran dan As Sunnah serta dipahami oleh para shahabat radhiyallahu 'anhum,lalu kenapa kebenaran itu tidak diikuti, diamalkan dan diajarkan, malah ditolak, dicela, diremehkan?" Jawabannya saudaraku pembaca… ada beberapa perkara kenapa seseorang menolak kebenaran dan tidak mau mengikutinya alias "ngeyel" dalam kesalahan meskipun jelas-jelas keliru dan salah kaprah, perhatikan beberapa perkara berikut: Pertama, Kebodohan Kebodohan adalah penyakit mematikan, seseorang akan menjadi musuh yang paling sangar terhadap sesuatu yang ia bodoh di dalamnya, sebagaimana perkataan sebagian orang: الناس أعداء ما جهلوا "Manusia adalah musuh akan sesuatu yang ia tidak ia ketahui" Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah mengatakan di dalam Nuniyyahnya: والجهل داء قاتل وشفاؤه*** أمران في التركيب متفقان نص من القرآن أو من سنة*** وطبيب ذاك العالم الرباني "Dan kebodohan itu adalah penyakit yang mematikan, obatnya *** adalah dua perkara yang disepakati" "(yaitu) nash dari Al Quran atau dari As Sunnah *** dan dokternya adalah seorang alim yang rabbani" Dan kebodohan adalah salah satu tanda hari kiamat, mari perhatikan hadits di bawah ini: (عن عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رضي الله عنهما يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا) Artinya: "Riwayat dari shahabat Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia akan tetapi mengambilnya dengan mewafatkan para ulama, sampai jika tidak tersisa satu orang alimpun maka akhirnya manusia menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh (sebagai pengganti ulama), lalu orang-orang yang bodoh tersebut ditanya dan memberi fatwa tanpa ilmu, maka akhirnya mereka sesat dan menyesatkan." HR. Bukhari dan Muslim. (عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ ، وَتَكْثُرَ الزَّلاَزِلُ ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ - وَهْوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ - حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ الْمَالُ فَيَفِيضُ) Artinya: "Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah hari kiamat datang sampai dicabut ilmu, banyak gempa, waktu saling mendekat, timbul fitnah-fitnah dan banyak al harj –yaitu pembunuhan, pembunuhan- sampai berlimpah diantara kalian harta sehingga berlimpah ruah." HR. Bukhari. Al Quran Al Karim sudah menjelaskan bahwa, orang yang mengetahui tidak akan sama dengan yang tidak mengetahui dari segala sisi dan hanya orang yang berakal berilmu yang dapat menerima pelajaran, mohon perhatikan ayat yang suci ini: {قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر:9] Artinya: "Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?!" sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." QS. Az Zumar: 9. Cara yang paling tepat untuk menghilangkan kebodohan ini adalah dengan menuntut ilmu dan selama ia menuntut ilmu maka selama itu pula ia dikatakan orang yang berilmu, coba perhatikan perkataan seorang ulama salaf yang terkenal dengan ilmunya yaitu Sa'id bin Jubair rahimahullah, beliau berkata: (لاَ يَزَالُ الرُّجُلُ عَالماً مَا طَلَبَ العِلْمَ ، فَإِذَا ظَنَّ أَنَّهُ قَدْ عَلِمَ فَقَدْ جَهِلَ) Artinya: "Seseorang masih dikatakan alim selama ia menuntut ilmu, dan jika ia mengira bahwasanya ia telah mempunyai ilmu maka ia telah bodoh." Lihat Tadzkirat As Sami' wa Al Mutakallim, hal. 60. Kedua, Taqlid buta terhadap kebiasaan nenek moyang yang salah Kalau yang satu ini adalah kebiasaan orang-orang kafir, musyrik dan munafiq. Coba perhatikan firman Allah berikut ini: {وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ} [البقرة: 170] Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah", mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apakah mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS. Al-Baqarah: 170) {وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِيرِ } [لقمان: 21] Artinya: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?" (QS. Luqman: 21). Dan perhatikanlah, bagaimana Nabi Ibrahim 'alihis salam mendebat mereka akan kebiasaan buruk mereka, hal ini tertuang di dalam firman Allah Ta'ala: {وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ (51) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (52) قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ (53) قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (54) قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللَّاعِبِينَ (55) قَالَ بَلْ رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (56) وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ (57)} [الأنبياء: 51- 57] Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya"(51). "(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?"(52). "Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya"(53). "Ibrahim berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata"(54). "Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main"(55). "Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu"(56). "Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya"(57). QS. Al Anbiya': 51-57. Cukuplah cerita Nabi Ibrahim 'alaihis salam ini sebagai pelajaran yang sangat berarti, bagi orang-orang yang masih bersikukuh dengan kebiasaan nenek moyangnya meskipun perbuatan nenek moyang tersebut sebuah kesalahan yang fatal. Ketiga, Belum mendengar kebenaran sebelumnya, akhirnya kaget ketika diberitahukan akan kebenaran tersebut Pada poin ini mari kita perhatikan perkataan kaum Nabi Nuh 'alaihis salam ketika mereka diajak untuk beriman hanya kepada Allah semata dan mempercayai bahwasanya beliau adalah seorang yang diutus oleh Allah untuk mereka: {وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ أَفَلَا تَتَّقُونَ (23) فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا هَذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُرِيدُ أَنْ يَتَفَضَّلَ عَلَيْكُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ (24) إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ (25)} [المؤمنون: 23 - 26] Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Ilah bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertaqwa(kepada-Nya)?".(23) "Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu.(24) "Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu"(25) QS. Al Mukminun : 23-25. Sering kita mendengar, ada yang berkata: "Dia datang dengan sesuatu yang baru, kita tidak pernah mendengarnya dan mengenalnya", mari kita perhatikan riwayat di bawah ini: (عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ عَبَّادٍ الدِّيلِىِّ - وَكَانَ جَاهِلِيًّا أَسْلَمَ – فَقَالَ: َرأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَصَرَ عَيْنِى بِسُوقِ ذِى الْمَجَازِ يَقُولُ « يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تُفْلِحُوا ». وَيَدْخُلُ فِى فِجَاجِهَا وَالنَّاسُ مُتَقَصِّفُونَ عَلَيْهِ فَمَا رَأَيْتُ أَحَداً يَقُولُ شَيْئاً وَهُوَ لاَ يَسْكُتُ يَقُولُ « أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تُفْلِحُوا ». إِلاَّ أَنَّ ورَاءَهُ رَجُلاً أَحْوَلَ وَضِىءَ الْوَجْهِ ذُو غَدِيرَتَيْنِ يَقُولُ: إِنَّهُ صَابِئٌ كَاذِبٌ. فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: ُمحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَهُوَ يَذْكُرُ النُّبُوَّةَ. قُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ الَّذِى يُكَذِّبُهُ قَالُوا عَمُّهُ أَبُو لَهَبٍ) Artinya: "Dari Rabi'ah bin Abbad Ad Daili –pada waktu itu termasuk dari orang Jahiliyyah kemudian masuk ke dalam agama Islam-, beliau bercerita: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan mata kepalaku di pasar Dzil Majaz, beliau menyeru: "Wahai manusia, katakanlah laa ilaaha illallahu, maka kalian akan beruntung", beliau memasuki gang-gangnya dan manusia mengerumuni beliau, tidak ada satupun yang mengatakan sesuatu dan beliau tidak diam, beliau berkata: "Wahai manusia, katakanlah laa ilaaha illallahu, maka kalian akan beruntung", akan tetapi dibelakangnya ada seseorang yang juling mata, bagus wajah, rambutnya dibelah dua, ia berkata: "Sesungguhnya ia adalah murtad, pendusta", aku bertanya: "Siapakah ini?" mereka menjawab: "Dia adalah Muhammad bin Abdullah, ia mengaku mendapatkan kenabian", aku bertanya lagi: "Lalu siapakah ini?", mereka menjawab: "Pamannya, Abu Lahab". Hadits riwayat Imam Ahmad di dalam Musnad dan disebutkan oleh Imam Al Albani di dalam Shahihus Sirah An Nabawiyyah (hal:143). Keempat, Ghuluw (Sikap terlalu berlebihan-lebihan) dalam mengagungkan seseorang melebihi kedudukan sewajarnya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata kepada seseorang yang bernama Al Harts bin Al Huth : "Sesungguhnya kebenaran itu tidak dikenal karena orangnya akan tetapi ketauhilah kebenaran maka anda akan tahu orang yang mempunyai kebenaran". Lihat kitab Talbis Iblis, hal: 101. Kebenaran itu akan selalu ada dan ia adalah satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran seseorang, jadi kebenaran adalah sarana yang menilai seseorang, ia adalah timbangan dan standar kebenaran itu sendiri. Ketauhilah… semoga Allah merahmati kita selalu, bahwa ghuluw terhadap seseorang bisa menyebabkan butanya mata hati untuk membedakan antara yang benar dan salah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang umatnya untuk terlalu ghuluw terhadap seseorang sehingga tidak masuk kepada kehancuran yang di dapatkan umat-umat sebelum umatnya Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam: (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما سَمِعَ عُمَرَ - رضى الله عنه - يَقُولُ عَلَى الْمِنْبَرِ: سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « لاَ تُطْرُونِى كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ ») Artinya: "Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwasanya beliau telah mendengar Umar radhiyallahu 'anhu berkata diatas mimbar: "Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian berlebihan memuji-muji aku sebagaimana orang-orang Nashrani memuji Isa bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hanya hamba, maka katakanlah: "Hamba Allah dan utusan-Nya". Hadits riwayat Al Bukhari, no. 3445. Ghuluw mendatangkan akibat yang sangat buruk, coba perhatikan –semoga Allah merahmati kita-: {اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ} [التوبة: 31] Artinya: "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." QS. At Taubah: 31. Akibat buruk ini juga sangat dimengerti oleh para shahabat Nabi Muhammad ridhwanullahi 'alaihim, mari kita perhatikan perkataan pakar tafsir yang disebut habrul ummah oleh para ulama, Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma ketika ada orang menentang As Sunnah dengan perkataan Abu Bakar dan Umarradhiyallahu 'anhuma: (يُوشكُ أَنْ تَنزلَ عَليكُم حِجارة من السماءِ ؛ أَقولُ لَكُم : قالَ رسولُ الله- صلى الله عليه وعلى آله وسلمَّ- وتقُولونَ : قالَ أَبو بكر وعُمر ) Artinya: "Hampir saja turun kepada kalian batu-batuan dari langit, aku mengatakan kepada kalian: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda", tapi kalian malah mangatakan: "Abu Bakar dan Umar berkata (demikian)." Hadits riwayat Ahmad (no. 3121). Dan tidak bersikap ghuluw terhadap seseorang juga dipraktekkan oleh para imam ahlus sunnah, diantaranya imam ahlus sunnah Ahmad bin Hanbal rahimahullah ketika beliau ditanya tentang penulisan buku-buku filsafat, beliau menyarankan untuk menulis hadits dan riwayat-riwayat saja, lalu si penanya menyatakan bahwa Abdullah bin Mubarak –seorang imam, ahli ilmu, ibadah, wara', zuhud yang sangat terkenal di zamannya, rahimahullah menulis akan hal tersebut, lalu dijawab oleh Imam Ahmad rahimahullah: ابْنُ المُبَارَك لَمْ يَنْزِلْ مِنَ السَّمَاءِ إِنَّمَا أَمَرَنَا أَنْ نَأْخُذَ العِلْمَ مِنْ فَوْق Artinya: "Ibnul Mubarak tidak turun dari langit, kita hanya diperintahkan mengambil ilmu dari fauq (Artinya dari atas dan maksudnya berasalkan dari Al Quran dan As Sunnah)." Lihat kitab: Thabaqat Al Hanabilah (1/131). Kelima, Bertaqlid kepada seorang pandai tapi sesat atau ahli ibadah yang bodohAllah Ta'ala berfirman di dalam Al Quran Al Karim: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ } [التوبة: 34] Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari al ahbar (orang-orang alim Yahudi) dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." QS. At Taubah: 34. Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah: "As Suddi berkata: "Al Ahbar dari Yahudi dan ar rahib dari Nashrani", dan memang maknanya adalah seperti yang dikatakan, karena sesungguhnya al ahbar adalah para ulama Yahudi, sebagaimana firman Allah Ta'ala di dalam surat Al Ma-idah ayat 63". Kemudian beliau berkata juga: "Dan maksud dari ayat ini adalah peringatan dari para ulama buruk dan para ahli ibadah yang menyesatkan, sebagaimana perkataaan Sufyan bin 'Uyainah: "Siapa yang rusak dari para ulama kita maka di dalam dirinya ada persamaan dengan orang-orang Yahudi dan siapa yang rusak dari para ahli ibadah kita maka di dalam dirinya ada persamaan dengan orang-orang Nashrani". Lihat: Tafsir Ibnu Katsir (4/137-138). Keenam, Kesombongan Sebagian manusia menolak kebenaran karena sebuah sifat yaitu al kibru atau kesombongan, Allah Ta'ala kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memperingatkan kepada umat Islam akan buruknya sifat kesombongan, mari kita perhatikan nash-nash di bawah ini: - Allah tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri: {إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ} [النحل: 23] Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong". QS. An Nahl: 23. - Ayat yang lain: {مَا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ} [لقمان: 28] Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." QS. Luqman: 18. - Orang-orang yang sering mendebat ayat-ayat Allah, di dalam diri mereka ada kesombongan: {إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِنْ فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ مَا هُمْ بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [غافر: 56] Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." QS. Ghafir: 56. - Surga bukan tempat bagi orang-orang yang sombong dan menginginkan kedudukan tinggi di dunia { تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ } [القصص: 83] Artinya: "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." QS. Al Qashash: 83. - Tidak masuk surga seseorang yang mempunyai sifat sombong meskipun sedikit. (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ») Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat dzarrah." Hadits riwayat Muslim (no. 91) dan At Tirmidzi (no. 2130). Ibnu Hajar berkata: "Makna dzarrah, dikatakan adalah sesuatu yang paling kecil ditimbang dan dikatakan pula adalah sinar yang terlihat di cahaya Matahari seperti ujung jarum, dikatakan pula maknanya adalah semut kecil." Lihat: Fathul Bari, karya Ibnu Hajar (1/70). - Akibat sombong kebenaran ditolak dan manusia direndahkan (الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ) Artinya: "Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia". Hadits riwayat Muslim (no. 91). Imam Muhammad bin Ahmad Adz Dzahabi rahimahullah berkata: "Sebagian salaf Ash Shalih (Orang-orang terdahulu dari para shahabat, tabi'in dan tabi' at tabi'in ) mengatakan: "Dosa pertama kali yang dimaksiati Allah dengannya adalah kesombongan, Allah Ta'ala berfirman: {وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 34] Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir". QS. Al Baqarah: 34. Imam Adz Dzahabi berkata: "Maka barangsiapa yang menyombongakan diri sebagaimana yang dikerjakan oleh Iblis maka tidak akan bermanfa'at keimanannya." (Lihat: Al Kabair, karya Imam Adz Dzahabi hal. 194) Ketujuh, Fanatisme (At Ta'ashshub) Kebenaran akan ditolak jika terdapat sikap fanatisme di dalam menghadapi sebuah perkara, karena sifat fanatisme ini akan menjadikan ditolaknya argumen atau pendapat yang tidak sesuai dengan pegangan seseorang yang mempunyai sikap fanatisme. Kedelapan, Hasad Orang Yahudi tidak mengakui kenabian Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bukan karena tidak mengetahui bahwasanya beliau adalah Rasulullah akan tetapi salah satu sebabnya adalah hasad. Perhatikan cerita ini: Ibnu Hisyam di dalam kitab sejarahnya menyebutkan sebuah cerita tentang Ummul Mukminin Shafiyyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata: "Aku adalah anak yang paling dicintai oleh bapakku dan pamanku Abu Yasir, tidak pernah sama sekali aku bertemu dengan keduanya dan mereka berdua bersama anak mereka, kecuali aku diikutkan, kemudian ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallamsampai ke kota Madinah, dan singgah di daerah Quba, tempatnya Bani 'Amr bin 'Auf, pergilah bapakku Huyay bin Ahkthab dan pamanku Abu Yasir bin Akhthab pada waktu pagi hari, dan mereka tidak pulang kecuali ketika menjelang terbenam matahari, mereka berdua datang dalam keadaan capek dan letih, berjalan dengan pelan sekali. Lalu aku menemui mereka berdua dengan senang hati sebagaimana biasanya, maka demi Allah tidak satupun dari keduanya menoleh kepadaku, akibat rasa susah yang mereka rasakan, dan aku mendengar pamanku bertanya kepada bapakku Huyay bin Akhthab: "Apakah memang benar dia (yaitu Nabi yang dijanjikan di dalam kitab Taurat-pent)?", bapakku menjawab: "Iya, demi Allah", pamanku bertanya lagi: "Apakah kamu mengetahuinya dan menetapkannya?", dijawab oleh bapakku: "Iya", kemudian pamanku bertanya: "Lalu bagaimana sikap yang ada di dalam dirimu tentangnya?", bapakku menjawab: "Memusuhinya selama aku masih hidup". Lihat: As Sirah An Nabawiyyah, karya Ibnu Hisyam (1/518-519). Cerita dengan alur yang sama juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya tentang seorang shahabat yang bernama Abdullah bin Salam yang masuk Islam, setelah beliau mengajukan beberapa pertanyaan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kemudian dijawab oleh beliau dengan jawaban yang benar dan akhirnya Abdullah bin Salam menyatakan dirinya masuk ke dalam Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, tetapi ia berkata kepada Nabi Muhammad shallallhu 'alaihi wasallam: (يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ الْيَهُودَ قَوْمٌ بُهُتٌ ، فَاسْأَلْهُمْ عَنِّى قَبْلَ أَنْ يَعْلَمُوا بِإِسْلاَمِى ، فَجَاءَتِ الْيَهُودُ فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « أَىُّ رَجُلٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ فِيكُمْ » . قَالُوا خَيْرُنَا وَابْنُ خَيْرِنَا وَأَفْضَلُنَا وَابْنُ أَفْضَلِنَا . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَسْلَمَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلاَمٍ » . قَالُوا أَعَاذَهُ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ . فَأَعَادَ عَلَيْهِمْ ، فَقَالُوا مِثْلَ ذَلِكَ ، فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ عَبْدُ اللَّهِ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ . قَالُوا شَرُّنَا وَابْنُ شَرِّنَا . وَتَنَقَّصُوهُ . قَالَ هَذَا كُنْتُ أَخَافُ يَا رَسُولَ اللَّهِ) Artinya: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah orang-orang penipu, maka tanyalah mereka sebelum mereka mengetahui tentang bahwa aku sudah Islam." Kemudian datanglah orang-orang Yahudi dan ditanya oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam: "Bagaimanakah menurut kalian Abdullah bin Salam?" mereka menjawab: "(Dia adalah) orang yang paling baik dari kami dan anak dari seorang yang paling baik", lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bertanya lagi: "Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah bin Salam masuk Islam?" mereka menjawab: |"Semoga Allah melindunginya dari hal itu,"kemudian Nabi mengulangi pertanyaan beliau dan dijawab dengan jawaban yang sama, maka keluarlah Shahabat Abdullah bin Salam radhiyallahu 'anhu menuju mereka dan mengucapkan: "Asyhadu an laa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadar Rasulullah," lalu orang-orang Yahudi berkata: "(Dia adalah) orang yang paling buruk diantara kami dan anak yang paling buruk diantara kami." Dan merekapun merendahkannya (Abdullah bin Salam), dan beliau berkata: "Hal inilah yang aku takutkan, wahai Rasulullah." Hadits riwayat Bukhari (no. 3329). Kesembilan, Keyakinan seseorang bahwa menerima kebenaran akan menjauhkan kedudukannya Mari kita perhatikan hadits di bawah ini, semoga Allah Ta'ala memberikan ilmu yang bermanfa'at bagi kita dan seluruh kaum muslimin: "Dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma beliau berkata, saya telah diberitahukan oleh Abu Sufyan dari mulutnya langsung ke mulut saya, beliau berkata: "Aku pergi tatkala ada perkara antaraku dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,suatu saat ketika aku berada di negeri Syam didatangkan surat dari Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada Heraklius, yang membawanya adalah Dihyah Al Kalbi radhiyallahu 'anhu, kemudian diberikan kepada raja Bushra dan raja Bushra memberikannya kepada Heraklius, kemudian Heraklius berkata:"Apakah disini ada orang yang berasal dari kampung orang yang mengaku dirinya nabi ini?" lalu orang-orang pun menjawab: "Iya", kemudian aku dipanggil bersama sebagian orang-orang Quraisy lalu aku masuk menemui Heraklius, kemudian kami didudukkan di hadapannya, dan ia bertanya: "Siapakah di antara kalian yang paling dekat keturunannya dengan orang yang mengaku menjadi nabi itu?"Kemudian aku (Abu Sufyan) menjawab: "Saya," kemudian mereka mendudukkanku di depannya, dan mendudukkan kawan-kawanku di belakangku. Kemudian ia memanggil ahli terjemahnya dan berkata: "Katakan kepada mereka, aku akan bertanya tentang orang yang mengaku sebagai Nabi tersebut, jika orang ini berbohong maka dustakanlah ia", berkata Abu Sufyan: "Demi Allah, jikalau mereka tidak menghalangiku untuk berbohong maka niscaya aku bohongi mereka," kemudian ia berkata kepada penerjemahnya: "Tanya dia, bagaimanakah keturunannya diantara kalian?" aku menjawab: "Ia diantara kami adalah orang yang mempunyai keturunan yang tinggi," ia bertanya: "Apakah nenek moyang keturunan dari raja?" aku jawab: "Tidak," lalu ia bertanya: "Apakah pernah kalian menuduhnya berbohong sebelum ia mengatakan apa yang ia katakan sekarang?"aku jawab: "Tidak", ia bertanya: "Apakah yang mengikutinya orang-orang yang terhormat atau orang-orang yang lemah dari mereka?" aku menjawab: "Yang mengikutinya adalah orang-orang yang lemah" ia bertanya: "Apakah mereka bertambah banyak atau berkurang?" aku menjawab: "Tidak, bahkan bertambah,"ia bertanya: "Apakah ada seseorang yang murtad dari agamanya setelah masuk ke dalamnya, disebabkan marah terhadapnya?" aku menjawab: "Tidak," Ia bertanya:"Apakah kalian memeranginya?" aku menjawab: "Iya" ia bertanya: "Lalu bagaimanakah peperangan kalian melawannya?" aku menjawab: "Peperangan diantara kami dan dia seimbang, dia bisa mengalahkan kami dan kami bisa mengalahkannya," ia bertanya: "Apakah dia mengingkari perjanjian?" aku menjawab: "Tidak dan kami pada masa perjanjian ini tidak mengetahui apa yang ia kerjakan," ia berkata: "Demi Allah aku tidak mengatakan kecuali hal ini," ia bertanya: "Apakah ada yang mengatakan perkataan ini sebelumnya?" aku menjawab: "Tidak," kemudian ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan kepadanya, aku telah bertanya kepada Anda tentang keluarganya diantara kalian dan anda mengaku bahwasanya ia (yang mengaku jadi nabi-pent) diantara kalian mempunyai keluarga yang mulia, dan demikian pula para rasul diutus di dalam kemuliaan leluhurnya, dan saya telah bertanya kepada anda, apakah di dalam nenek moyangnya adalah seorang raja, maka anda mengaku tidak, lalu aku katakan jikalau dari nenek moyangnya ada seorang raja, maka aku katakan ia meminta kerajaan nenek moyangnya, dan saya bertanya kepada anda tentang pengikutnya, apakah orang-orang yang lemah atau yang mulia, lalu anda menjawab orang-orang yang lemah mereka maka mereka adalah pengikut para rasul, dan saya bertanya kepada anda, apakah kalian menuduhnya berbohong sebelum ia mengatakan apa yang ia katakan, maka anda mengaku tidak, maka akupun mengetahui bahwasanya ia tidak pernah meninggalkan dusta kepada manusia kemudian ia berdusta terhadap Allah, dan saya bertanya kepada anda, apakah ada seorang dari mereka yang murtad dari agamanya setelah ia masuk ke dalamnya disebabkan karena murka kepadanya, maka anda menjawab tidak, maka demikianlah iman jika bercampur dengan kelegaan hati, dan saya bertanya kepada anda apakah mereka bertambah atau berkurang, maka anda menjawab bahwasanya mereka bertambah jumlahnya, demikianlah keimanan ketika sempurna, dan saya bertanya kepada anda, apakah kalian memeranginya, maka anda mengaku bahwasanya kalian memeranginya dan peperangan diantara kalian dengannya seimbang, ia bisa mengalahkan kalian dan kadang kalian mengalahkannya maka demikianlah para rasul diberi ujian, kemudian akhirnya bagi mereka kesudahan perkara, dan saya bertanya kepada anda apakah ia melanggar perjanjian maka anda mengaku bahwasanya ia tidak melanggar perjanjian, dan demikian pula para rasul mereka tidak mengingkari perjanjian, dan saya bertanya kepada anda, apakah ada seseorang yang mengatakan seperti perkataan ini sebelumnya, maka anda mengaku tidak, maka saya mengatakan jikalau ada seseorang telah mengatakan perkataan ini sebelumnya maka akan saya katakan bahwa ia mengikuti sebuah perkataan yang dikatakan sebelumnya,"kemudian ia bertanya: "Dengan apa ia menyuruh kalian?" maka aku jawab:"Menyuruh kami mengerjakan shalat, membayar zakat, menyambung tali silaturrahim, dan memiliki sifat 'afaf" (tidak meminta-minta), kemudian ia berkata: "Jika benar apa yang anda katakan maka ia sesungguhnya adalah seorang nabi, dan aku telah mengetahui bahwasanya ia akan benar-benar datang, dan aku tidak mengira bahwasanya ia dari kalian (orang Arab). Jikalau aku mengetahui aku bisa menemuinya maka sungguh aku akan mencintainya, dan seandainya aku di sisinya niscaya aku akan basuh kedua telapak kakinya, dan sungguh pasti kekuasaannya akan sampai kepada apa yang di bawah kedua telapak kakiku."Kemudian ia meminta surat dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membacanya, di dalamnya tertulis: "Dengan Nama Allah Ar Rahman Ar Rahim, dari Muhammad Rasulullah kepada Heraklius pemimpin agung Romawi, semoga keselamatan atas yang mengikuti petunjuk, Amma ba'du: sesungguhnya saya mengajakmu dengan panggilan Islam, masuklah ke dalam agama Islam maka anda akan selamat, dan masuklah ke dalam Islam maka Allah akan memberikan kepadamu dua kali lipat ganjaran, dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya atasmu dosa Al Arisiyyin." (Maksudnya adalah para petani dan para tukang kebun di daerah itu, lihat: Fath Al Bari, karya Ibnu Hajar (12/412) dan Al Minhaj Syarah Shahih Muslim (6/226).) Dan Allah berfirman: {قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 64] Artinya: "Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." QS. Ali Imran: 64. Setelah membaca surat orang-orang di sekitarnya saling bersahutan dengan suara keras dan terjadi kegaduhan, lalu kami diperintahkan untuk keluar. Aku berkata kepada kawan-kawanku ketika kami keluar, perkara Ibnu Abi Kabsyah (Yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, orang kafir Quraisy menjulukinya seperti itu sebagai ejekan terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Lihat: Fath Al Bari, karya Ibnu Hajar (12/412) dan kitab Al Minhaj Syarah shahih Muslim (2/226).) Sudah besar sampai-sampai ditakuti oleh orang-orang Bani Ashfar (Yaitu orang-orang Romawi, maksudnya agama atau ajaran yang dibawa Rasulullah semakin kuat, menyebar dan besar sampai diatkuti oleh orang Romawi yang waktu itu merupakan salah satu imperium terbesar. Lihat: Fath Al Bari, karya Ibnu Hajar (9/452) dan Al Minhaj Syarah Shahih Muslim (2/226).) Maka masih saja aku yakin dengan perkara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya beliau akan menang sampai akhirnya Allah memasukkanku ke dalam agama Islam", Az Zuhri berkata: "Kemudian Heraklius memanggil para petinggi kerajaan Romawi dan mengumpulkan mereka di dalam rumahnya, kemudian berkata: "Wahai orang-orang Romawi, apakah kalian menginginkan keberuntungan dan petunjuk sampai akhir zaman, dan tetap kekuasaan kalian?" Maka merekapun melarikan diri sebagaimana keledai-keledai liar berlarian mencari jalan keluar ke pintu-pintu, dan ternyata mereka mendapatkan pintu-pintu tersebut tertutup, kemudian Heraklius berkata: "Datangkanlah mereka kepadaku", kemudian di datangkanlah mereka, lalu ia berkata: "Sesungguhnya aku menguji kekuatan kalian atas agama kalian, dan aku telah melihat dari kalian yang aku senangi", maka akhirnya mereka sujud kepadanya dan merekapun meridhainya". Hadits riwayat Al Bukhari (no. 7) dan Muslim (no. 4707). Dari riwayat yang panjang di atas, dapat diambil pelajaran bagaimana kekuasaan dan tahta adalah salah satu faktor yang menyebabkan manusia menolak kebenaran, lihatlah Heraklius yang telah benar-benar mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah seorang rasul Allah yang diutus ke muka bumi ini akan tetapi ketika melihat rakyatnya meninggalkannya akibat pernyataannya maka iapun enggan masuk ke dalam agama Islam ini, enggan menerima kebenaran. Wallahu a'lam. Kesepuluh, Pernyataan-pernyataan yang jauh dari kebenaran, misalnya: - Kebenaran itu bersama golongan mayoritas. Pernyataan ini dibantah oleh nash-nash dari ayat-ayat Al Quran ataupun hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, karena tidak semua yang mayoritas itu selalu benar: { وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ (116) إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (117)} [الأنعام: 116، 117] Artinya: "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)."[116] "Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk"[117]. QS. Al An'am: 116-117. {وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ} [يوسف: 103] Artinya: "Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya". QS. Yusuf: 103. {إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ} [ص: 24] Artinya: "…Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini…". QS. Shaad: 24. (عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن عَمْرٍو رضي الله عنهما, قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:"طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ"، قُلْنَا: وَمَا الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ:"قَوْمٌ صَالِحُونَ قَلِيلٌ فِي نَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ") Artinya: "Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kebahagiaan bagi yang ghuraba-", kami bertanya: "Lalu siapakah ghuraba-'?" beliau menjawab: "Orang-orang shalih sedikit di tengah-tengah manusia buruk yang banyak, yang menentang mereka lebih banyak daripada yang mengikuti." Hadits riwayat Ahmad (no. 6650) dan Ath Thabarani di dalam Al Mu'jamul Kabir (no. 1457) serta dishahihkan oleh Imam Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah (no. 1619). - Kelemahan dan minoritas pengikutnya adalah tanda bahwasanya sesuatu itu salah, penyataan ini bertentangan dengan beberapa dalil di bawah ini: { قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ} [الشعراء: 111] Artinya: "Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" QS. Asy Syu'ara: 111. (عن ابْنُ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - :"عُرِضَتْ عَلَىَّ الأُمَمُ ، فَجَعَلَ النَّبِىُّ وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ الرَّهْطُ ، وَالنَّبِىُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ") Artinya: "Dari Abdullah bin Abbas, radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Diperlihatkan kepadaku beberapa umat manusia, ada seorang nabi dan dua orang nabi berjalan sedang bersama mereka sekelompok orang, dan ada seorang nabi tidak ada seorangpun bersamanya." Hadits riwayat Al Bukhari (no. 5705) dan Muslim (no. 549). Kesebelas, Mengikuti hawa nafsu maka akhirnya kebenaran ditolak Salah satu penyebab terbesar kenapa seorang masih saja mengerjakan perbuatan syirik padahal ia mengetahui bagaimana bahayanya akibat dari perbuatan tersebut atau kenapa seseorang masih melakukan perbuatan bid'ah padahal jelas-jelas hal tersebut tidak pernah di lakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengikuti hawa nafsu. Allah Ta'ala berfirman:{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية: 23] Artinya: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"QS. Al Jatsiyah: 23. Sudah tahu yang benar, kenapa masih disembunyikan Sebagian manusia mengetahui kebenaran akan tetapi ia menyembunyikannya, penyebabnya diantaranya: 1. Takut memberitahukan yang benar karena kecintaan kepada teman. Ini bertentangan dengan manhaj para shalaf Ash shalih. Mari kita perhatikan riwayat berikut ini: (عن هُزَيْلِ بْنِ شُرَحْبِيلَ قَالَ سُئِلَ أَبُو مُوسَى عَنِ ابْنَةٍ وَابْنَةِ ابْنٍ وَأُخْتٍ فَقَالَ لِلاِبْنَةِ النِّصْفُ وَلِلأُخْتِ النِّصْفُ ، وَأْتِ ابْنَ مَسْعُودٍ فَسَيُتَابِعُنِى . فَسُئِلَ ابْنُ مَسْعُودٍ وَأُخْبِرَ بِقَوْلِ أَبِى مُوسَى فَقَالَ لَقَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ ، أَقْضِى فِيهَا بِمَا قَضَى النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « لِلاِبْنَةِ النِّصْفُ ، وَلاِبْنَةِ ابْنٍ السُّدُسُ تَكْمِلَةَ الثُّلُثَيْنِ ، وَمَا بَقِىَ فَلِلأُخْتِ » . فَأَتَيْنَا أَبَا مُوسَى فَأَخْبَرْنَاهُ بِقَوْلِ ابْنِ مَسْعُودٍ ، فَقَالَ لاَ تَسْأَلُونِى مَا دَامَ هَذَا الْحَبْرُ فِيكُمْ") Artinya: "Dari Hudzail bin Syurahbil, beliau berkata: "Abu Musa radhiyallahu 'anhu ditanya tentang (bagian yang didapat dari harta warisan) bagi seorang anak perempuan dan seorang cucu perempuan dari anak laki-laki dan seorang saudara perempuan, Abu Musa menjawab: "Bagi anak perempuan mendapatkan bagian setengah dan suadara perempuan juga setengah. Datangilah Abdullah bin Mas'ud maka ia akan mengikutiku", lalu Abdullah bin Mas'ud ditanya dan diberitahukan perihal pendapat Abu Musa Al Asy'ari, beliau berkata: "Sungguh aku telah sesat kalau begitu dan bukanlah aku termasuk dari orang-orang yang diberi petunjuk (jika aku mengambil pendapatnya Abu Musa), aku akan menghukumi permasalahan ini dengan apa yang telah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam tentukan; anak perempuan mendapat bagian setengah, cucu perempuan dari anak laki-laki seperenam sebagai penyempurnaan dua pertiga dan sisanya bagi saudari wanita". Kemudian kami mendatangi Abu Musa dan kami beritahukan pendapat Abdullah bin Mas'ud, maka beliau berkata: "Janganlah kalian tanya aku selama ada ulama ini diantara kalian". Hadits riwayat Al Bukhari (no. 6736). Dari riwayat di atas, kita perhatikan bagaimana seorang shahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu tidak segan-segan mengatakan yang benar meskipun menyelisihi teman beliau yaitu shahabat Abu Musa radhiyallahu 'anhu. Begitulah para shalaf Ash shalih, salah satu manhaj dalam beragama yang mereka ajarkan adalah jauh dari sikap berlebih-lebihan, sebagaimana dalam perkataan Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu: (مَنْ كان مُسْتنّا فَلْيَسْتن بمَنْ قَدْ مَاتَ أولئكَ أَصْحابُ مُحمد - صلى الله عليه وسلم - كانوا خَيرَ هذه الأمَّة ، وأَبَرها قُلوبا ، وأَعْمقَها عِلْما ، وأَقَلّها تَكلفا ، قَوم اخْتارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَة نَبيه - صلى الله عليه وسلم - ونَقلِ دينه فَتَشبَّهوا بأَخْلاقِهِم وطَرائِقِهم ؛ فَهُمْ كانوا عَلَى الهَدْي المُستقِيم) Artinya: "Barangsiapa yang bersuri tauladan maka bersuri tauladanlah dengan orang yang sudah meninggal, yaitu para shahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mereka adalah orang-orang yang paling baik dari umat ini, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling jarang membebani diri dengan sesuatu yang tidak syar'i. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah untuk bershahabat dengan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wasallam dan dipilih untuk menyampaikan agama beliau, maka serupakanlah kalian dengan budi pekerti mereka dan jalan-jalan mereka, karena mereka berada diatas petunjuk yang lurus." Diriwayatkan oleh Al Baghawi di dalam kitab Syarhus Sunnah (1/214) dan Ibnu Abdil Barr di dalam Jami' bayan Al ilm wa fadhlih (2/97). 2. Tekanan sosial Seseorang menyembunyikan kebenaran akibat tekanan sosial yang ia dapatkan, mari kita baca riwayat di bawah ini: (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما: أَنَّ هِلاَلَ بْنَ أُمَيَّةَ قَذَفَ امْرَأَتَهُ عِنْدَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - بِشَرِيكِ بْنِ سَحْمَاءَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - «الْبَيِّنَةَ أَوْ حَدٌّ فِى ظَهْرِكَ» . فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِذَا رَأَى أَحَدُنَا عَلَى امْرَأَتِهِ رَجُلاً يَنْطَلِقُ يَلْتَمِسُ الْبَيِّنَةَ . فَجَعَلَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ «الْبَيِّنَةَ وَإِلاَّ حَدٌّ فِى ظَهْرِكَ» فَقَالَ هِلاَلٌ وَالَّذِى بَعَثَكَ بِالْحَقِّ إِنِّى لَصَادِقٌ ، فَلَيُنْزِلَنَّ اللَّهُ مَا يُبَرِّئُ ظَهْرِى مِنَ الْحَدِّ ، فَنَزَلَ جِبْرِيلُ ، وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ (وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ) فَقَرَأَ حَتَّى بَلَغَ (إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ) فَانْصَرَفَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا فَجَاءَ هِلاَلٌ ، فَشَهِدَ ، وَالنَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ «إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ أَنَّ أَحَدَكُمَا كَاذِبٌ فَهَلْ مِنْكُمَا تَائِبٌ» . ثُمَّ قَامَتْ فَشَهِدَتْ فَلَمَّا كَانَتْ عِنْدَ الْخَامِسَةِ وَقَّفُوهَا ، وَقَالُوا إِنَّهَا مُوجِبَةٌ . قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَتَلَكَّأَتْ وَنَكَصَتْ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهَا تَرْجِعُ ثُمَّ قَالَتْ لاَ أَفْضَحُ قَوْمِى سَائِرَ الْيَوْمِ ، فَمَضَتْ . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « أَبْصِرُوهَا فَإِنْ جَاءَتْ بِهِ أَكْحَلَ الْعَيْنَيْنِ سَابِغَ الأَلْيَتَيْنِ خَدَلَّجَ السَّاقَيْنِ ، فَهْوَ لِشَرِيكِ بْنِ سَحْمَاءَ » . فَجَاءَتْ بِهِ كَذَلِكَ ، فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « لَوْلاَ مَا مَضَى مِنْ كِتَابِ اللَّهِ لَكَانَ لِى وَلَهَا شَأْنٌ ») Artinya: "Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa Hilal bin Umayyah menuduh istrinya berzina dengan Syarik bin Sahma-' di depan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Hilal: "Bukti atau cambuk di atas punggungmu", dijawab oleh Hilal: "Wahai Rasulullah jika salah seorang diantara kita melihat seseorang di atas istri kita, apakah kita harus mencari bukti (lagi)", dan masih saja Nabi mengucapkan:"Bukti atau cambuk di atas punggungmu", kemudian Hilal berkata: "Demi yang mengutusmu dengan kebenaran sungguh aku adalah seorang yang jujur, maka niscaya Allah akan benar-benar menurunkan sesuatu yang melepaskan punggungku dari cambukan, kemudian datanglah Jibril dan menurunkan kepada beliau, ayat: {وَالَّذِينَ يَرْمُونَ أَزْوَاجَهُمْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ شُهَدَاءُ إِلَّا أَنْفُسُهُمْ فَشَهَادَةُ أَحَدِهِمْ أَرْبَعُ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الصَّادِقِينَ (6) وَالْخَامِسَةُ أَنَّ لَعْنَتَ اللَّهِ عَلَيْهِ إِنْ كَانَ مِنَ الْكَاذِبِينَ (7) وَيَدْرَأُ عَنْهَا الْعَذَابَ أَنْ تَشْهَدَ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ بِاللَّهِ إِنَّهُ لَمِنَ الْكَاذِبِينَ (8) وَالْخَامِسَةَ أَنَّ غَضَبَ اللَّهِ عَلَيْهَا إِنْ كَانَ مِنَ الصَّادِقِينَ (9)} [النور: 6 - 9] Artinya: "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. [6] Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.[7] Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta.[8] dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar [9]". QS. An Nur: 6-9. Kemudian Nabipun pulang dan meminta didatangkan istri (Hilal) dan datanglah Hilal bersaksi. Lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Sesungguhnya Allah mengetahui bahwa salah seorang dari kalian berdua telah berdusta, apakah ada diantara kalian yang bertaubat?" kemudian si istri berdiri dan bersaksi, lalu ketika sumpah yang kelima kali mereka menghentikannya dan mereka berkata: "Sesungguhnya sumpah yang kelima itu mewajibkan", berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma: "Lalu si istri inipun agak melambatkan dan mundur sehingga kami mengira bahwa ia akan mencabut kembali pernyataannya kemudian ia berkata: "Aku tidak akan menghinakan kaumku pada seluruh hari ini", kemudian ia pergi. Lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian perhatikan wanita tersebut, jika ia melahirkan bayi yang matanya sangat hitam, pantatnya gemuk, gempal betisnya, maka ia adalah milik Syarik bin Sahma-'", ternyata memang ia melahirkan yang demikian itu, lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kalau bukan saja telah ada di dalam Al Quran maka niscaya akan ada sesuatu diantara aku dan ia". Hadits riwayat Al Bukhari (no. 4747). Begitulah bagaimana akhirnya seseorang menyembunyikan kebenaran karena tidak mau mendapatkan tekanan sosial dari negara, kabilah, masyarakat, guru, murid, para pengikut dan lain-lainnya. Maka wajar kalau sering terdengar perkataan: "Jangan melawan arus, ikuti orang banyak aja, selamat". Hal ini jualah –setelah taqdir Allah Ta'ala- yang menjadikan paman Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam Abu Thalib menolak untuk masuk ke dalam agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, mari kita perhatikan riwayat di bawah ini: (عَنِ الزُّهْرِىِّ قَالَ: أَخْبَرَنِى سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَوَجَدَ عِنْدَهِ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِى أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ ، فَقَالَ « أَىْ عَمِّ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ » . فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِى أُمَيَّةَ: أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ, فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ ، وَيُعِيدَانِهِ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ: عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَأَبَى أَنْ يَقُولُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ) Artinya: "Dari Az Zuhri, berkata: "Aku telah diberitahukan oleh Sa'id bin Al Musayyab, beliau mendapatkan riwayat dari bapaknya: "Ketika Abu Thalib dalam keadaan sekarat, datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya. Ternyata Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah bin Al Mughirah telah berada disisinya, lalu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai pamanku, katakanlah laa ilaaha illallahu, sebuah kalimat aku akan jadikan alasan untuk membelamu dengannya disisi Allah Ta'ala", lalu Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah bin Al Mughirah berkata: "Apakah kamu benci kepada ajarannya Abdul Muthallib, maka masih saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengajaknya dan keduanya juga selalu mengulang perkataan tersebut, sampai akhirnya perkataan terakhir Abu Thalib menunjukkan bahwa dia berada pada ajaran Abdul Muthallib, dan enggan untuk mengatakan kalimat laa ilaaha illallah." Hadits riwayat Bukhari (no. 3884) dan Muslim (no. 141). Begitulah akhir cerita dari Abu Thalib karena tekanan dan desakan sosial maka tetap tidak mau mengikuti kebenaran. Wallahul musta'an. Para pembaca yang dirahmati Allah… Di penghujung tulisan ini mari kita selalu mengingat hadits Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam di bawah ini, ketika dalam situasi antara memegang kebenaran dan menghadapi tekanan sosial, kita selalu tegar dengan kebenaran yang datang dari Allah Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, (كَتَبَتْ عَائِشَةُ رضى الله عنها إِلَى مُعَاوِيَةَ رضي الله عنه: سَلاَمٌ عَلَيْكَ أَمَّا بَعْدُ, فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ». وَالسَّلاَمُ عَلَيْكَ) Artinya: "'Aisyah radhiyallahu 'anha menulis surat kepada Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu: "Semoga keselamatan atasmu, Amma ba'du: Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mencari keridhaan Allah meskipun dibenci manusia maka Allah akan mencukupkan baginya kebutuhan kepada manusia dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia padahal itu dimurkai Allah maka Allah menggantungkannya kepada manusia." Semoga keselamatan atasmu." Hadits riwayat At Tirmidzi (no. 2414) dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, (no. 2311). Maksud dari "Allah menggantungkannya kepada manusia" adalah Allah akan menjadikan manusia menguasainya dan menyakiti dan menzhaliminya". Lihat Tuhfat Al Ahwadzi tentang syarah hadits ini. Semoga bisa menjadi obat bagi yang suka ngeyel… Semoga bisa menjadi obat bagi yang sudah tahu salah tapi masih suka ngeyel. Semoga bisa menjadi obat bagi yang sudah tahu syirik tapi masih suka ngeyel. Semoga bisa menjadi obat bagi yang sudah tahu bidah tapi masih suka ngeyel. Semoga bisa menjadi obat bagi yang sudah tahu maksiat dan dosa tapi masih suka ngeyel. و صلى الله على نبينا محمد و آله و صحبه أجمعين و الحمد لله رب العالمين *) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, Jumat 29 Dzulhijjah 1432H, Dammam KSA |
"Terima Kasih ya Nak.. Atas Pemberiannya" Posted: 08 Feb 2013 08:21 AM PST Saat orang tuaku berkata kepadaku: "Terima kasih ya nak…, atas pemberiannya" Si Fulan berkata kepada penulis: "Hati saya sangat sakit sekali, perasaan saya hancur, sedih, malu, haru, semua rasa bercampur, ketika orangtua saya berkata kepada saya: "Terima kasih ya nak…, atas pemberiannya", Penulis bertanya: "Coba ceritakan dari awalnya, mungkin akan lebih jelas kejadiannya". Si Fulan kemudian bercerita: "Ceritanya, orangtua saya minta dikirimi uang dalam jumlah tertentu, dan mereka berkata: "Kirimkan segera ya..", maka hari itu saya langsung transfer permintaan tersebut kepada orangtua saya, besoknya saya telpon orangtua untuk memberitahukan bahwa uangnya sudah ditransfer, saya berkata kepada orangtua: "Semoga bermanfaat", mereka menjawab: "Uang yang kamu kirim itu sebenarnya, untuk beli celana panjang bapakmu, karena bapakmu mempunyai celana cuma satu, yang hijau itu aja, padahal beliau sering ikut kajian Islam, kalau celana kotor, maka beliau tidak bisa ikut kajian, yang jelas terima kasih ya nak…atas pemberiannya". Si fulan pun terdiam sejenak sambil mengatur nafas, menahan tangis, kemudian dia berkata: "Semoga orangtua saya diampuni oleh Allah Ta'ala dari segala dosa dan kesalahan serta diberikan husnul khatimah di akhir hidup mereka, Allahumma amin". Kawan pembaca… Cerita di atas adalah cerita nyata, penulis ketika mendengar cerita tersebut hanya bisa meneteskan air mata sambil mengingat-ingat ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang berbakti kepada kedua orangtua: 1. Perintah berbakti kepada orangtua disebutkan setelah perintah beribadah kepada Allah semata, hal ini menunjukkan akan sangat tingginya kedudukan berbakti kepada orangtua di dalam Islam. {وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا} [الإسراء: 23] Artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia". QS. Al Isra: 23 2. Perintah berbakti kepada orangtua lebih ditekankan lagi ketika mereka sudah dalam keadaan lanjut usia, karena kalau sudah lanjut usia, mereka dalam keadaan: a. kadang tidak mempunyai tempat tinggal akhirnya tinggal di tempat anaknya. b. kadang tidak mempunyai penghasilan akhirnya mereka sering minta kepada anaknya. c. kadang menginginkan sesuatu yang kurang bermanfaat, akhirnya membuat bingung anaknya. d. Tua renta yang kesusahan mengerjakan kegiatan pribadi secara sewajarnya, seperti buang air besar, buang air kecil dan semisalnya yang menjijikkan, akhirnya anaknya yang mengurusnya. Maka dari sinilah rahasianya, Allah Ta'ala memerintahkan kepada anak: a. untuk berbakti kepada orangtua, b. untuk jangan mengucapkan perkataan "ah" kepada mereka, c. untuk jangan membentak dan mengucapkan perkataan yang baik kepada mereka, terutama dalam keadaan mereka tua. Lihat Tafsir An Nasafi, 2/283. Coba perhatikan hadits di bawah ini: عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ ». Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallambersabda: "Kehinaan baginya, kehinaan baginya, dan kehinaan baginya!!", lalu ada yang bertanya kepada beliau: "Bagi siapakah kehinaan itu wahai Rasulullah?", Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Orang yang mendapati kedua orangtuanya dalam keadaan tua (jompo), salah satunya atau keduanya kemudian ia tidak masuk surga". HR. Muslim 3. Sungguh tidak pantas seorang anak mendapatkan ucapan terima kasih dari orangtua, karena berbakti adalah kewajiban anak, mari perhatikan riwayat berikut: عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِى مَالاً وَوَلَدًا وَإِنَّ أَبِى يُرِيدُ أَنْ يَجْتَاحَ مَالِى فَقَالَ « أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ ». Artinya: "Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma bercerita: "Sesungguhnya ada seseorang berkata kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak dan sesungguhnya bapakku ingin mengambil/memusnahkan hartaku"?, Rasulullah shallallahu 'alaih wasallammenjawab: "Kamu dan hartamu adalah milik bapakmu". HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani. Sungguh Indah perkataan Imam Qurthubi rahimahullah: "Orang yang bahagia adalah orang yang menggunakan kesempatan emas ini untuk berbakti kepada kedua orangtuanya agar ia tidak luput dari (kesempatan emas ini yaitu masuk surga) dengan meninggalnya kedua orangtuanya. Dan orang yang celaka adalah orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, terlebih lagi orang yang telah diperintahkan untuk berbakti kepada kedua orangtuanya". Lihat Tafsir Al Qurthubi, 10/242. Kawan pembaca…Baktilah…sebelum terlambat! Ditulis oleh seorang anak yang menginginkan kedua orangtuanya dan seluruh orangtua kaum muslim masuk surga. Allahumma amin. Ahmad Zainuddin,Dammam KSA, Selasa 14 Shafar 1432H. |
Yang Menyebabkan Tidak Istiqamah Posted: 08 Feb 2013 08:21 AM PST Sering seseorang mengadu tidak istiqamah di dalam iman, ibadah dan ketaatan!!! Ternyata salah satu penyebabnya adalah tidak ikhlas.. Salah satu penyebabnya adalah ingin dilihat oleh selain Allah Ta'ala, ingin diberikan pujian, sanjungan oleh selain Allah Ta'ala. Mari kita perhatikan ayat-ayat mulia berikut ini: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ} [فصلت: 30] Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". QS. Fushshilat: 30. Kemudian perhatikan perkataan para ulama tafsir yang dibawakan oleh Ibnu Katsir rahimahullah di dalam tafsirnya: عن سعيد بن نمران قال: قرأت عند أبي بكر الصديق هذه الآية: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} قال: هم الذين لم يشركوا بالله شيئا Artinya: "Sa'id bin Nimran rahimahullah berkata: "Aku membaca ayat ini di depan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu: { إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} Beliau berkata: "Mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun." قال أبو بكر، رضي الله عنه: ما تقولون في هذه الآية: { إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا } ؟ قال: فقالوا: { رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا } من ذنب. فقال: لقد حملتموها على غير المحمل، { قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا } فلم يلتفتوا إلى إله غيره. وكذا قال مجاهد، وعكرمة، والسدي، وغير واحد Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu bertanya: "Apa pendapat kalian tentang ayat ini: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} Mereka menjawab: "(yang mengatakan) Rabb kami adalah Allah kemudian mereka istiqamah (jauh) dari dosa", maka Abu Bakar berkata: "Sungguh kalian telah membawa kepada selain maknanya", maksudnya adalah"Mereka mengatakan "Rabb kami adalah Allah kemudian mereka istiqamah", maka mereka tidak menoleh kepada sembahan selain-Nya." Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma menjelaskan ayat ini: عن عكرمة قال: سئل ابن عباس رضي الله عنهما: أي آية في كتاب الله أرخص؟ قال قوله: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} على شهادة أن لا إله إلا الله Artinya: "Ikrimah rahimahullah berkata: "Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma pernah ditanya: "Ayat manakah di dalam Kitab Allah (al Quran) yang paling ringan", beliau menjawab: firman-Nya: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengucapkan rabb kami adalah Allah kemudian mereka istiqamah", dengan syahadat bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah." وقال الزهري: تلا عمر هذه الآية على المنبر، ثم قال: استقاموا -والله-لله بطاعته، ولم يروغوا روغان الثعالب Artinya: "Az Zuhry rahimahullah berkata: "Umar radhiyallahu 'anhu pernah membaca ayat ini di atas mimbar, kemudian beliau berkata: "Demi Allah, mereka istiqamah dengan taat hanya kepada Allah dan tidak melilit-lilit seperti ular." Abu Al 'Aliyah rahimahullah berkata: وقال أبو العالية: { ثُمَّ اسْتَقَامُوا } أخلصوا له العمل والدين Artinya: "Kemudian mereka istiqamah, yaitu mengikhlaskan amal dan agama hanya kepada-Nya." قول تعالى: { إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا } أي: أخلصوا العمل لله، وعملوا بطاعة الله تعالى على ما شرع الله لهم. Firman Allah Ta'ala: { إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا } Maksudnya adalah mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah, dan mengerjakan ketaatan kepada Allah Ta'ala atas apa yang disyari'atkan Allah Ta'ala. Studi Kasus… Setelah ini, jangan heran ketika ada seorang bisa menjadi mantan orang shalih, Jangan heran ketika seorang bisa menjadi mantan orang yang mentauhidkan Allah, Jangan heran, ketika seorang bisa menjadi mantan pengikut salaf Ash Shalih, Jangan heran, ketika seorang bisa menjadi mantan kyai, ustadz bahkan mantan muslim, Jangan heran, ketika seorang bisa menjadi mantan penuntut ilmu, Jangan heran, ketika seorang bisa menjadi mantan ahli masjid, ahli ibadah, ahli shalat, puasa, sedekah, haji dan segala macam ibadah dan semua mantan dari kebaikan dan kataatan apapun kepada Allah Ta'ala. (Silahkan studi kasus sendiri terutama pada diri sendiri!). Dari Penyebab semuanya adalah KARENA TIDAK IKHLAS… Wallahu 'alam. *) Ditulis oleh Ahmad Zainuddin, 16 Al Muharram 1433H, Dammam KSA |
Posted: 08 Feb 2013 08:21 AM PST Definisi Sihir Sihir secara bahasa adalah : عبارة عما خفى ولطف سببه، ولهذا جاء في الحديث : إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ لَسِحْراً. وسمى السحر سحرا لأنه يقع خفياً آخر الليل "Ungkapan terhadap sesuatu yang tersembunyi dan tidak diketahui sebabnya. Oleh karena itu, terdapat dalam hadits : 'Sesungguhnya dalam (sebagian) penjelasan termasuk sihir'.[1] Dan sihir dinamakan sihir karena ia terjadi secara diam-diam/tersembunyi di akhir malam" [Fathul-Majiid, hal. 270]. أصل السحر صرف الشيء عن حقيقته إلي غيره "Asal dari perkataan sihir adalah memalingkan sesuatu dari hakekatnya kepada selainnya" [Tahdziibul-Lughah, 4/290]. Adapun secara istilah, Asy-Syinqithiy rahimahullah berkata : اعلم أن السحر في الاصطلاح لا يمكن حده بحد جامع مانع. لكثرة الأنواع المختلفة الداخلة تحته، ولا يتحقق قدر مشترك بينها يكون جامعاً لها مانعاً لغيرها. ومن هنا اختلفت عبارات العلماء في حده اختلافاً متبايناً "Ketahuilah, bahwasannya sihir secara istilah tidak mungkin diberikan batasan dengan batasan yang menyeluruh dan jelas karena banyaknya macam hal yang berbeda-beda masuk dalam cakupannya. Dan tidaklah dapat dinyatakan ukuran kebersamaan di antara macam hal tersebut sehingga dapat meliputi keseluruhannya, dan pencegah bagi selainnya. Dari sini terjadi perbedaan yang jelas atas ungkapan pada ulama dalam membatasi definisinya" [Adlwaaul-Bayaan, 4/40]. Abu Muhammad Al-Maqdisiy rahimahullah dalam Al-Kaafiy berkata : السحر عزائم ورقى وعقد يؤثر في القلوب والأبدان، فيمرض ويقتل، ويفرق بين المرء وزوجه "Sihir adalah jimat-jimat, jampi-jampi, dan ikatan-ikatan (buhul) yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Maka sihir dapat menyakiti, membunuh, dan memisahkan antara suami dengan istrinya" [Fathul-Majiid, hal. 270]. Fakhruddiin Ar-Raaziy rahimahullah berkata : السحر في عرف الشرع مختص بكل أمر يخفي سببه ويتخيل علي غير حقيقته ويجري مجري التمويه والخداع "Sihir dalam 'urf syar'iy adalah segala sesuatu yang tersembunyi sebabnya dan kemudian dibayangkan tidak sebagaimana hakekatnya, sehingga tak ubahnya ia seperti pengelabuhan dan tipuan[2]" [Mishbaahul-Muniir, hal. 268]. Dalil Keberadaan Sihir Allah ta'ala berfirman : وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui" [QS. Al-Baqarah : 102]. قَالَ مُوسَى أَتَقُولُونَ لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَكُمْ أَسِحْرٌ هَذَا وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُونَ "Musa berkata: "Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?" padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan"[QS. Yuunus : 77]. وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ * فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ * فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانْقَلَبُوا صَاغِرِينَ * وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ * قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ * رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ "Dan kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!" Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud. Mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun" [QS. Al-A'raaf : 117-122]. حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قالت: سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَهُودِيٌّ مِنْ يَهُودِ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ، قَالَتْ: حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا يَفْعَلُهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ دَعَا ثُمَّ دَعَا، ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ: " أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ؟ "، جَاءَنِي رَجُلَانِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، فَقَالَ: الَّذِي عِنْدَ رَأْسِي لِلَّذِي عِنْدَ رِجْلَيَّ أَوِ الَّذِي عِنْدَ رِجْلَيَّ لِلَّذِي عِنْدَ رَأْسِي مَا وَجَعُ الرَّجُلِ، قَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: مَنْ طَبَّهُ؟، قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ، قَالَ: فِي أَيِّ شَيْءٍ؟، قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ، قَالَ: وَجُفِّ طَلْعَةِ ذَكَرٍ، قَالَ: فَأَيْنَ هُوَ؟، قَالَ: فِي بِئْرِ ذِي أَرْوَانَ، قَالَتْ: فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أُنَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ: " وَاللَّهِ لَكَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ، وَلَكَأَنَّ نَخْلَهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ "، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلَا أَحْرَقْتَهُ؟، قَالَ: " لَا، أَمَّا أَنَا فَقَدْ عَافَانِي اللَّهُ، وَكَرِهْتُ أَنْ أُثِيرَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا، فَأَمَرْتُ بِهَا فَدُفِنَتْ " Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari Hisyaam, dari ayahnya, dari 'Aaisyah radliyallaahu 'anhaa, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah disihir oleg seorang laki-laki Yahudi dari Bani Zuraiq yang bernama Labiid bin Al-A'sham. (Dalam sihir tersebut), Terbayangkan oleh Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau melakukan sesuatu, padahal tidak melakukannya. Hingga pada suatu hari atau suatu malam, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berdoa, lalu berdoa, doa, dan berdoa; dan kemudian bersabda : "Wahai 'Aaisyah, apakah engkau mengetahui bahwa Allah telah memberi fatwa atas apa yang aku minta fatwa kepada-Nya ?. Telah datang kepadaku dua orang laki-laki, lalu salah satu di antara keduanya duduk di dekat kepalaku dan yang lain di dekat kedua kakiku. Laki-laki yang di dekat kepalaku berkata kepada laki-laki yang ada di dekat dua kakiku – atau laki-laki yang di dekat kedua kakiku berkata kepada laki-laki yang ada di kepalaku - : 'Sakit apa laki-laki ini ?'. Temannya menjawab : 'Disihir'. Laki-laki itu bertanya : 'Siapa yang telah menyihirnya ?'. Temannya menjawab : 'Labiib bin Al-A'sham'. Laki-laki itu berkata : 'Pada apa ia berada ?'. Temannya menjawab : 'Pada sisir, rambut, dan serbuk sari kurma jantan'. Laki-laki itu bertanya : 'Dimanakah ia berada ?'. Temannya menjawab : 'Di sumur Dzu-Arwaan". 'Aaisyah berkata : "Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama para shahabatnya. Kemudian beliau datang dan berkata : 'Wahai 'Aaisyah, demi Allah, seakan-akan airnya seperti celupan daun hinaa, dan kepala kurmanya seperti kepala syaithaan'. Aku ('Aaisyah) berkata : 'Wahai Rasulullah, tidakkah engkau membakarnya ?'. Beliau menjawab : 'Tidak. Adapun aku, sungguh Allah telah menyembuhkanku, dan aku tidak suka menimpakan kejelekan pada manusia. Lalu aku perintahkan untuk menguburnya" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2189]. حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الأَيْلِيُّ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ، عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْغَيْثِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ "، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: " الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصِنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ " Telah menceritakan kepadaku Haaruun bin Sa'iid Al-Ailiy : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Sulaimaan bin Bilaal, dari Tsaur bin Zaid, dari Abul-Ghaits, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda : "Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan". Dikatakan : "Wahai Rasulullah, apakah itu ?". Beliau menjawab : "Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari peperangan, dan menuduh wanita mukminah baik-baik lagi suci telah berbuat zina"[Diriwayatkan oleh Muslim no. 89]. حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَمُسَدَّدٌ الْمَعْنَى، قَالَا: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ الأَخْنَسِ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ " Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Musaddad secara makna, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari 'Ubaidullah bin Al-Akhnas, dari Al-Waliid bin 'Abdillah, dari Yuusuf bin Maahak, dari Ibnu 'Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Barangsiapa mempelajari ilmu nujuum (perbintangan), sungguh ia telah mempelajari sebagian dari (ilmu) sihir. Bertambah dari ilmu sihir apa yang bertambah dari ilmu nujuum" [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3905; dihasankan[3] oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan Abi Daawud, 2/473]. Al-Khaththaabiy rahimahullah berkata : أَنَّ السِّحْرَ ثَابِتٌ، وَحَقِيقَتُهُ مَوْجُودَةٌ، اتَّفَقَ أَكْثَرُ الأُمَمِ مِنَ الْعَرَبِ، وَالْفُرْسِ، وَالْهِنْدِ، وَبَعْضِ الرُّومِ عَلَى إِثْبَاتِهِ، وَهَؤُلاءِ أَفْضَلُ سُكَّانِ أَهْلِ الأَرْضِ، وَأَكْثَرُهُمْ عِلْمًا وَحِكْمَةً، وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ، وَأَمَرَ بِالاسْتِعَاذَةِ مِنْهُ، فَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَوَرَدَ فِي ذَلِكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَارٌ لا يُنْكِرُهَا إِلا منْ أَنْكَرَ الْعِيَانَ وَالضَّرُورَةَ، وَفَرَّعَ الْفُقَهَاءُ فِيمَا يَلْزَمِ السَّاحِرِ مِنَ الْعُقُوبَةِ، وَمَا لا أَصْلَ لَهُ لا يَبْلُغُ هَذَا الْمَبْلَغُ فِي الشُّهْرَةِ وَالاسْتِفَاضَةِ، فَنَفْيُ السِّحْرِ جَهْلٌ، وَالرَّدُّ عَلَى منْ نَفَاهُ لَغْوٌ وَفَضْلٌ. "Bahwasannya sihir itu tsaabit, hakekatnya benar-benar ada. Kebanyakan umat dari bangsa 'Arab, Persia, India, dan sebagian bangsa Romawi telah bersepakat dalam penetapannya. Mereka semua itu adalah penduduk bumi yang utama, dan paing banyak mempunyai ilmu dan hikmah. Allah ta'ala telah berfirman : 'Mereka mengajarkan sihir kepada manusia' (QS. Al-Baqarah : 102), dan memerintahkan untuk meminta perlindungan darinya. Allah 'azza wa jalla berfirman : 'dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul' (QS. Al-Falaq : 4). Dan telah datang riwayat dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallamtentang hal itu (sihir) dimana tidak ada yang mengingkarinya, kecuali orang yang mengingkari sesuatu yang jelas dan aksiomatik. Para fuqahaa' telah menyebutkan beberapa bentuk hukuman yang mesti dijatuhkan kepada tukang sihir. Sesuatu yang tidak ada asalnya biasanya tidak dapat terkenal dan tersebar luas (dalam pembicaraannya). Sehingga menafikkan keberadaan sihir adalah kebodohan, dan membantah orang yang menafikkannya adalah kesia-siaan belaka" [Syarhus-Sunnah, 12/187-188]. Al-Maziiriy rahimahullah berkata : وجمهور علماء الأمة على اثبات السحر وأن له حقيقة كحقيقة غيره من الأشياء الثابتة خلافا لمن أنكر ذلك ونفى حقيقته واضاف ما يقع منه إلى خيالات باطلة لاحقائق لها وقد ذكره الله تعالى فى كتابه وذكر أنه مما يتعلم وذكر ما فيه اشارة إلى أنه مما يكفر به وأنه يفرق بين المرء وزوجه وهذا كله لا يمكن فيما لاحقيقة له وهذا الحديث أيضا مصرح باثباته وأنه أشياء دفنت وأخرجت وهذا كله يبطل ما قالوه فإحالة كونه من الحقائق محال "Jumhur ulama umat menetapkan keberadaan sihir dan ia mempunyai hakekat sebagaimana hakekat dari perkara-perkara lain yang telah tetap. Berbeda halnya dengan orang yang mengingkarinya dan menafikkan hakekatnya, dimana mereka menyandarkan apa yang terjadi dari sihir sebagai khayalan/halusinasi belaka, tanpa hakekat. Allah ta'ala telah menyebutkan dalam kitab-Nya dan menyebutkan bahwasannya sihir termasuk sesuatu yang dapat dipelajari. Dan Allah pun menyebutkan bahwa sihir merupakan perkara yang dapat mengkafirkan pelakunya, dan ia dapat memisahkan pasangan suami istri. Semuanya ini tidaklah mungkin jika tidak ada hakekatnya. Dan hadits ini (yaitu dalam bab sihir) juga menegaskan tentang penetapannya dan ia merupakan sesuatu yang terkubur dan kemudian muncul kembali. Dan semuanya ini membatalkan apa yang mereka katakan. Oleh karena itu, meniadakan keberadaan hakekatnya adalah mustahil..." [Syarh Shahih Muslim lin-Nawaawiy, 4/174]. Hukum Sihir Sulaimaan bin 'Abdillah rahimahullah berkata : السحر محرم في جميع أديان الرسل عليهم السلام، كما قال تعالى : وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى "Sihir diharamkan dalam seluruh agama yang dibawa para Rasul 'alaihimis-salaam, sebagaimana firman Allah ta'ala : 'Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang' (QS. Thaha : 69)" [Taisirul-'Aziizil-Hamiid, hal. 386]. Para ulama sepakat bahwa mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan sihir adalah haram, dan ia termasuk di antara dosa-dosa besar (al-kabaair). Kaum muslimin juga sepakat bahwa sihir tidaklah muncul kecuali dari orang-orang fasiq [Mausu'ah Al-Ijmaa' fil-Fiqhil-Islaamiy oleh Sa'diy Abu Jaib, hal. 554 no. 1910-1911]. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat tentang kekafiran pelaku sihir. Pertama; Abu Haniifah, Maalik, Ahmad dalam satu riwayat, dan sekelompok salaf berpendapat akan kekafiran pelaku sihir secara mutlak. Mereka berdalil dengan firman Allah ta'ala : وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا "Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)" [QS. Al-Baqarah : 102]. Sisi pendalilan : Allah ta'ala telah menamai sihir dalam ayat di atas dengan kekafiran [Tafsir Al-Qurthubiy, 2/47]. Kedua; Asy-Syaafi'iy, Ahmad dalam satu riwayat, dan Daawud Adh-Dhaahiriy merinci keadaan pelaku sihir tersebut. Apabila pelaku sihir itu melakukan sesuatu yang mengkafirkan seperti peribadahan kepada syaithaan dan sejenisnya selain Allah, maka kafir. Jika tidak, maka tidak kafir. Asy-Syaafi'iy rahimahullah berkata : فَيُقَالُ لِلسَّاحِرِ: صِفِ السِّحْرَ الَّذِي تَسْحَرُ بِهِ، فَإِنْ كَانَ مَا يَسْحَرُ بِهِ كَلَامَ كُفْرٍ صَرِيحٍ اسْتُتِيبَ مِنْهُ، فَإِنْ تَابَ وَإِلَّا قُتِلَ، وَأُخِذَ مَالُهُ فَيْئًا، وَإِنْ كَانَ مَا يَسْحَرُ بِهِ كَلَامًا لَا يَكُونُ كُفْرًا، وَكَانَ غَيْرَ مَعْرُوفٍ، وَلَمْ يَضُرَّ بِهِ أَحَدًا نُهِيَ عَنْهُ، فَإِنْ عَادَ عُزِّرَ، وَإِنْ كَانَ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَضُرُّ بِهِ أَحَدًا مِنْ غَيْرِ قَتْلٍ، فَعَمَدَ أَنْ يَعْمَلَهُ عُزِّرَ "Dan dikatakan kepada pelaku sihir : 'Sifatkan sihir yang engkau menyihir dengannya'. Apabila sesuatu yang ia pakai untuk menyihir berupa perkataan kufur yang jelas, maka ia diminta bertaubat. Jika ia bertaubat, taubatnya diterima; dan jika tidak, ia dibunuh, diambil hartanya sebagai fai'. Namun apabila sesuatu yang ia pakai untuk menyihir berupa perkataan yang tidak mengandung kekufuran, tidak ma'ruuf, dan tidak menyebabkan bahaya bagi seseorang, maka ia dilarang darinya. Jika ia mengulangi, ia dihukum ta'zir. Jika ia mengetahui bahwasannya sihir itu menyebabkan bahaya bagi orang lain tanpa membunuhnya, lalu ia sengaja melakukannya, maka ia dihukum ta'zir" [Al-Umm, 1/256-257]. Dalil yang dipakai oleh pendapat kedua adalah perbuatan 'Aaisyah yang tidak membunuh budak wanita yang menyihirnya karena menginginkan kemerdekaannya. Atsar ini diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaaq 10/183 dengan sanad shahih. Yang raajih – wallaahu a'lam – adalah pendapat kedua yang memerincinya. Seandainya perbuatan sihir yang dilakukan budak wanitanya itu termasuk sihir yang mengandung kesyirikan (akbar), niscaya 'Aaisyah tidak akan meninggalkan hukum untuk membunuhnya (karena ia telah murtad). Asy-Syinqithiy rahimahullah berkata : التحقيق في هذه المسألة هو التفصيل. فإن كان السحر مما يعظم فيه غير الله كالكواكب والجنّ وغير ذلك مما يؤدي إلى الكفر فهو كفر بلا نزاع، ومن هذا النوع سحر هاروت وماروت المذكور في سورة "البقرة" فإنه كفر بلا نزاع. كما دل عليه قوله تعالى: {وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ} ، وقوله تعالى: {وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ} ، وقوله: {وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ} ، وقوله تعالى: {وَلا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى}, كما تقدّم إيضاحه. وإن كان السحر لا يقتضي الكفر كالاستعانة بخواص بعض الأشياء من دهانات وغيرها فهو حرام حرمة شديدة ولكنه لا يبلغ بصاحبه الكفر. هذا هو التحقيق إن شاء الله تعالى في هذه المسألة التي اختلف فيها العلماء. "Dan tahqiiq dalam permasalahan ini adalah adanya perincian. Apabila sihir tersebut termasuk pengagungan terhadap selain Allah seperti pengagungan kepada bintang, jin, dan lainnya yang sampai pada derajat kekafiran, maka hukumnya kafir tanpa perselisihan. Dan yang termasuk sihir macam ini adalah sihir Haaruut dan Maaruut yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, maka ia adalah kufur tanpa perselisihan. Sebagaimana ditunjukkan oleh firman-Nya ta'ala : 'Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia' (QS. Al-Baqarah : 102); dan firman-Nya ta'ala : 'Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir' (QS. Al-Baqarah : 102); dan firman-Nya ta'ala : 'Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang' (QS. Thaha : 69), sebagaimana telah lalu penjelasannya. Dan bila sihir tersebut tidak menuntut adanya kekafiran seperti meminta bantuan pada kekhususan sebagian benda semisal cat atau selainnya, maka ia haram dengan keharaman yang keras, akan tetapi pelakunya tidak sampai pada kekafiran. Inilah tahqiq, insya Allah ta'ala, dalam permasalahan ini yang diperselisihkan para ulama" [Adlwaaul-Bayaan, 5/50]. Hukuman Bagi Penyihir Para ulama berbeda pendapat tentang hukuman seseorang yang telah terbukti melakukan sihir, dan ini kembali pada pokok perbedaan pendapat hukum kafir tidaknya pelaku sihir di atas. Jika pelaku sihir tersebut melakukan sihir yang tidak mengandung kekufuran, maka ia tidak dijatuhi hukuman hadd bunuh, akan tetapi dijatuhi hukumta'zir. Kecuali jika sihir yang dilakukan itu menyebabkan kematian seseorang, maka ditegakkan hadd bunuh kepadanya. Jika sihir yang dilakukannya itu mengandung kekafiran (yang menyebabkannya kafir), maka dijatuhi hukuman hadd bunuh atas kekafirannya itu. Al-Qurthubiy rahimahullahberkata : واختلف الفقهاء في حكم الساحر المسلم والذمي، فذهب مالك إلى أن المسلم إذا سحر بنفسه بكلام يكون كفرا يقتل ولا يستتاب ولا تقبل توبته، لأنه أمر يستسر به كالزنديق والزاني، ولأن الله تعالى سمى السحر كفرا بقوله: {وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ} وهو قول أحمد بن حنبل وأبي ثور وإسحاق والشافعي وأبي حنيفة "Dan para fuqahaa' telah berselisih pendapat tentang hukum pelaku sihir muslim dandzimmiy. Maalik berpendapat apabila ia berbuat sihir sendiri dengan perkataan yang mengandung kekufuran, maka ia dibunuh tanpa dimintai bertaubat terlebih dahulu, (dan seandainya bertaubat) tidak diterima taubatnya; karena ia (sihir) merupakan perkara yang dilakukan dengan senang hati seperti orang zindiiq dan pezina. Dan karena Allah ta'ala menamakan sihir dengan kekufuran dengan firman-Nya : 'Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan : Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir' (QS. Al-Baqarah : 102). Hal itu merupakan pendapat Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Ishaaq, Asy-Syaafi'iy[4], dan Abu Haniifah" [Tafsir Al-Qurthubiy, 2/47-48]. حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، قَالَ: ثنا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَبُو مَعْمَرٍ الْقَطِيعِيُّ، ثنا هُشَيْمٌ، ثنا خَالِدٌ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْرِيِّ، " أَنَّ سَاحِرًا كَانَ يَلْعَبُ عِنْدَ الْوَلِيدِ بْنِ عُقْبَةَ، فَكَانَ يَأْخُذُ السَّيْفَ فَيَذْبَحُ نَفْسَهُ، وَيَعْمَلُ كَذَا، وَلا يَضُرُّهُ، فَقَامَ جُنْدُبُ إِلَى السَّيْفِ فَأَخَذَهُ، فَضَرَبَ عُنُقَهُ، ثُمَّ قَرَأَ: أَفَتَأْتُونَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُونَ ". Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Ahmad : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdillah Al-Hadlramiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ismaa'iil bin Ibraahiim Abu Ma'mar Al-Qathii'iy : Telah menceritakan kepada kami Husyaim : Telah menceritakan kepada kami Khaalid Al-Kadzdzaa', dari Abu 'Utsmaan An-Nahriy : Bahwasannya ada seorang penyihir yang sedang bermain-main di sisi Al-Waliid bin 'Uqbah. Penyihir itu memegang sebilah pedang, lalu menyembelih dirinya sendiri, namun sama sekali tidak melukainya.[5] Berdirilah Jundab mengambil pedang, lalu memukulkan ke lehernya. Kemudian ia membaca ayat : 'Maka, apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya ?' (QS. Al-Anbiyaa' : 3)" [Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim 1/471-472 no. 1594 dengan sanad shahih]. حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، سَمِعَ بَجَالَةَ، يُحَدِّثُ عَمْرَو بْنَ أَوْسٍ، وَأَبَا الشَّعْثَاءِ، قَالَ: كُنْتُ كَاتِبًا لِجَزْءِ بْنِ مُعَاوِيَةَ عَمِّ الأَحْنَفِ بْنِ قَيْسٍ إِذْ جَاءَنَا كِتَابُ عُمَرَ قَبْلَ مَوْتِهِ بِسَنَةٍ اقْتُلُوا كُلَّ سَاحِرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَ كُلِّ ذِي مَحْرَمٍ مِنْ الْمَجُوسِ وَانْهَوْهُمْ عَنِ الزَّمْزَمَةِ، فَقَتَلْنَا فِي يَوْمٍ ثَلَاثَةَ سَوَاحِرَ، وَفَرَّقْنَا بَيْنَ كُلِّ رَجُلٍ مِنْ الْمَجُوسِ وَحَرِيمِهِ فِي كِتَابِ اللَّهِ Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari 'Amru bin Diinaar, ia mendengar Bajaalah menceritakan kepada 'Amru bin Aus dan Abusy-Sya'tsaa'; ia (Bajaalah) berkata : "Dahulu aku adalah seorang sekretaris Jaz` bin Mu'aawiyah paman Al Ahnaf bin Qais. Tiba-tiba datang kepada kami surat 'Umar satu tahun sebelum ia meninggal. Ia berkata : 'Bunuhlah seluruh tukang sihir, dan pisahkan antara setiap orang yang memiliki mahram dari kalangan orang-orang Majusi, dan laranglah mereka dari zamzamah'[6]. Maka kami dalam sehari telah membunuh tiga orang tukang sihir, dan memisahkan antara setiap laki-laki majusi dan mahramnya dalam kitab Allah...." [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3043; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Daawud, 2/260]. Mengobati Sihir dengan Sihir Para ulama berselisih pendapat tentang hal ini. Akan tetapi yang raajih adalah pengharamannya, berdasarkan riwayat : حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا عَقِيلُ بْنُ مَعْقِلٍ، قَالَ: سَمِعْتُ وَهْبَ بْنَ مُنَبِّهٍ يُحَدِّثُ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: " سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النُّشْرَةِ ؟، فَقَالَ: هُوَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ " Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal : Telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazzaaq : Telah menceritakan kepada kami 'Uqail, ia berkata : Aku mendengar Wahb bin Munabbih menceritakan hadits dari Jaabir bin 'Abdillah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang an-nusyrah, maka beliau menjawab : "Nusyrah itu merupakan perbuatan syaithaan" [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3868; dengan sanad shahih[7]]. Nusyrah itu adalah mengobati sihir dari orang yang terkena sihir. Dan yang termasuk perbuatan syaithaan yang diharamkan dalam hadits di atas adalah nusyrah,mengobati sihir dengan sihir, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul-Qayyim rahimahullah. Ini saja yang dapat dituliskan secara ringkas. Dan sebagai pelengkap, silakan simak penjelasan yang disampaikan Al-Ustadz Rasul Dahriy hafidhahullah berikut : Wallaahu a'lam. Semoga ada manfaatnya. [abul-jauzaa' – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor, 16610]. [1] Diriwayatkan oleh Maalik no. 2074, Ahmad 2/16 & 59 & 62 & 94, Al-Bukhaariy no. 5146 dan dalam Al-Adabul-Mufrad no. 875, At-Tirmidziy no. 2028, Abu Daawud no. 5007, Abu Ya'laa no. 5639-5640, dan yang lainnya. [2] Sebagaimana terdapat dalam firman Allah ta'ala : قَالَ أَلْقُوا فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ "Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan)" [QS. Al-A'raaf : 116]. Yaitu, sihir yang dilakukan para tukang sihir Fir'aun tersebut telah membuat mata orang-orang yang menyaksikan melihat seolah-olah tali dan tongkat yang dilemparkan tersebut berupa ular yang bergerak-gerak. Oleh sebab itu, sebagian ulama berdalil dengan ayat ini dalam pengharaman sulap. [3] Bahkan shahih !. Seluruh perawinya tsiqaat dan sanadnya bersambung tanpa ada'illat. Adapun 'Ubaidullah bin Al-Akhnash yang dikatakan Ibnu Hajar sebagai perawi yangshaduuq [Taqriibut-Tahdziib, hal. 635 no. 4303], maka yang lebih tepat ia seorang yang tsiqah. Ahmad bin Hanbal berkata : "Tsiqah". Ibnu Ma'iin berkata : "Tsiqah". Di lain tempat ia berkata : "Tidak mengapa dengannya". Abu Daawud berkata : "Tsiqah". An-Nasaa'iy berkata : "Tsiqah". Ibnu Hibbaan memasukkannya dalam Ats-Tsiqaat dan berkata : "Banyak salahnya" [Tahdziibut-Tahdziib, 19/5-6 no. 3619]. Adapun penisbatan 'banyak salahnya' sebagaimana yang dikatakan Ibnu Hibbaan, maka ini menyelisihi para imam yang lain. Al-Albaaniy menjelaskan perawi yang disifati Ibnu Hibbaan 'banyak salahnya' dalam Ats-Tsiqaat, maka ini maknanya ia perawi yang haditsnya hasan. Wallaahu a'lam. [4] Inilah yang dikatakan oleh Al-Qurthubiy rahimahullah. Yang benar, Asy-Syaafi'iyrahimahullah memberikan perincian dalam permasalahan ini sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. [5] Semacam ilmu kebal. Saksikan video berikut : Kebal ala debus Banten : Kebal ala Pesantren : Prosesi isi ilmu kebal ala Banser : Kebal dan sihir ala Shuufiyyah dan Syi'ah : Anda dapat bayangkan, bagaimana seandainya orang-orang ini hidup di masa salaf ?. Dijadikan laskar untuk berjihad membela agama Allah, atau....... Jangan tertipu akan jubah dan segala sesuatu yang berlabelkan (seakan-akan) Islam, namun hakekatnya kesyirikan. [6] Zamzamah adalah salah satu kebiasaan orang Majusi yang bersuara dengan suara yang tidak jelas ketika makan. Dikatakan oleh sebagian ulama, ia merupakan salah satu syi'ar orang Majusi. Wallaahu a'lam. [7] Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah mendla'ifkan hadits ini dalam Ahaaditsun Mu'allahhal. 94-95 no. 88 karena Wahb bin Munabbih tidak pernah bertemu dengan Jaabir. Periwayatan Wahb dari Jaabir hanyalah melalui perantaraan kitab, sebagaimana dikatakan Ibnu Ma'iin. Adapun Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah menshahihkannya, sebagaimana dalamShahiih Sunan Abi Daawud 2/464. Dan yang benar dalam permasalahan ini adalah tashhiih dari Asy-Syaikh Al-Albaaniy, karena dalam beberapa riwayat, Wahb bin Munabbih telah menjelaskan penyimakan haditsnya dari Jaabir radliyallaahu 'anhu. Misalnya dalam Shahih Ibni Khuzaimah no. 133, Shahih Ibni Hibbaan no. 1274 & 3034 & 5839 & 5857 & 6500, Tafsiir Ibni Abi Haatim no. 8606, dan Ma'rifatush-Shahaabah li-Abi Nu'aim no. 8006. Ada syaahid dari Anas bin Maalik yang menguatkan hadits ini : حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي شُعَيْبٍ الْحَرَّانِيُّ، نَا مِسْكِينُ ابْنُ بُكَيْرٍ، نَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: سُئِلَ أَنَسٌ عَنِ النُّشْرَةِ قَالَ: ذُكِرَ لِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْهَا قَالَ: هِيَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ahmad bin Abi Syu'aib Al-Harraaniy : Telah mengkhabarkan kepada kami Miskiin bin Bukair : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu'bah, dari Abu Rajaa', dari Al-Hasan, ia berkata : Anas pernah ditanya tentang An-Nusyrah, lalu ia menjawab : Pernah disebutkan kepadaku bahwasannya Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang hal tersebut dan bersabda : "Ia merupakan perbuatan syaithaan" [Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dalamAl-Bahr no. 6709]. Dhahir sanad ini hasan. Akan tetapi Ad-Daaruquthniy men-ta'liil jalan riwayat ini, bahwasannya yang mahfuudh adalah mursal dari Al-Hasan (tanpa menyebut Anas). Riwayat mursal ini dibawakan oleh Abu Daawud dalam Al-Maraasil no. 453 : حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي رَجَاءٍ، قَالَ: سَأَلْتُ الْحَسَنَ عَنِ النُّشْرَةِ، فَقَالَ: ذُكِرَ لِي عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: " إِنَّهَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ " Telah menceritakan kepada kami 'Aliy bin Al-Ja'd : Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Rajaa', ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Al-Hasan tentangAn-Nusyrah, lalu ia menjawab : Pernah disebutkan kepadaku dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : "Ia merupakan perbuatan syaithaan". 'Aliy bin Al-Ja'd lebih kuat riwayatnya daripada Miskiin bin Bukair. Wallaahu a'lam. |
You are subscribed to email updates from MENJADI PRIBADI BERMANFAAT To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar